Ende, Vox NTT-Meski pemilihan kepala daerah serentak baru pada tahun 2018, namun kota Ende sudah terpenuhi spanduk dan baliho bakal calon kepala daerah. Itu dapat terlihat di sejumlah ruas jalan di Kota Ende.
Selain baliho ucapan selamat hari besar keagamaan, berbagai sudut jalan dan lorong dalam kota dikepung baliho bakal calon. Apalagi pada beberapa tempat stategis.
Alhasil, kota yang semula cantik dan elok akhirnya semrawut.
Sekretaris pusat kajian dan advokasi masyarakat (Pusam) Indonesia, Oscar Vigator menilai bakal calon mensosialisasikan diri berlebihan.
Baliho, menurut Oscar, tidak mengajarkan politik yang baik dan benar. Hanya digunakan untuk popularitas diri semata.
Pengamat sosial politik ini menjelaskan, para kandidat mesti memerangi gagasan atau ide untuk mencapai keberhasilan politik.
Tidak memasang baliho berlebihan yang dapat menggangu pemandangan serta kenyamanan masyarakat.
“Ende seperti kota kumuh. Pilkada itu untuk adu ide, gagasan dan program bukan adu baliho.Banyaknya baliho sangat merusak atau mengganggu keindahan kota,” kata Oscar di Ende, Kamis (22/6/2017).
Menurut Oscar, penempatan spanduk atau baliho tetap memiliki aturan dan tidak asal letak. Dengan menjamurnya baliho di Kota Ende dinilai politik tidak dewasa.
Para figur disarankan tetap memelihara keindahan kota dengan tidak membiarkan orang-orang berkampanye terselubung dengan mengotori wajah kota.
“Kalau saya amati, politik sangat tidak dewasa. Politik sangat tidak berkesan untuk masyarakat Kabupaten Ende,” pungkas dia.
Oscar mengusulkan, meskipun gong pemilu belum ditetapkan oleh penyelenggara, para figur mesti mawas diri dengan memberikan pendidikan politik yang baik. (Ian Bala/VoN)