Borong, Vox NTT- Kapolres Manggarai AKBP Marselis Sarimin Karong memimpin langsung pembangunan titian dari bambu pada jembatan Wae Bakit, Desa Wae Rasan, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Sabtu (24/6/2017).
Jembatan kecil tersebut merupakan penghubung antara Kabupaten Matim dan Ngada.
Kapolres Marselis membangun titian itu dibantu oleh Kapolsek Elar Petrus Amir, Babinsa Elar Selatan Edy de Jesus, Camat Elar Selatan Adolfus J Tahu, dan Kades Wae Rasan Thomas Loma, dan masyarakat Desa Wae Rasan dan sekitarnya.
Informasi yang dihimpun, sejak tahun 2010 lalu jembatan Wae Bakit diduga dirusak oleh warga Ngada yang mengklaim batas Kabupaten Matim dan Ngada.
Setelah membangun tugu perbatasan, mereka juga merusaki oprit pada sisi timur jembatan Wae Bakit sehingga tidak bisa lagi dilalui kendaraan.
Adapun sepeda motor yang masih melintas antara wilayah Matim dan Ngada terpaksa harus melewati kali dengan menggunakan jasa pikul sepeda motor. Bayarannya cukup mahal yakni antara Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu.
Melihat kondisi jembatan tersebut, Kapolres Marselis langsung memimpin kegiatan pembersihan hingga membangun titian agar bisa dilalui sepeda motor.
Saat membersihkan jembatan tersebut, beberapa warga Ngada mengintip lalu mendekat.
Kapolres menegaskan bahwa aksinya itu demi memudahkan akses warga antar wilayah Matim dan Ngada. Hal itu ia ungkapkan kepada warga Matim yang ikut membangun titian tersebut dan beberapa warga Ngada yang mendekati lokasi,
“Saya tidak bicara soal perbatasan, tetapi saya peduli dengan akses masyarakat dua wilayah ini. Kalian dari Manggarai Timur ke Ngada sangat membutuhkan jalan ini. Kalian dari Ngada juga perlu jalan ini untuk ke Manggarai Timur,” kata Kapolres Marselis.
“Hari ini saya buka lagi jalan yang sudah kalian tutup sejak 2010 lalu. Saya bangun jembatan darurat supaya sepeda motor bisa lewat di sini. Saya ingatkan, jangan bongkar lagi. Kasih tau ya, siapa pun yang bongkar, saya tangkap. Terutama provokatornya,” tegasnya.
Kapolres Marselis berjanji akan menyampaikan ke Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan menelepon Bupati Ngada Marianus Sae terkait pembangunan titian tersebut. Intinya jembatan kecil penghubung daerah perbatasan sudah dibangun oleh polisi dan berharap agar bersama-sama menjaganya.
Semenetara itu, Kepala Desa (Kades) Wae Rasan Thomas Loma mengaku, sudah putus asa menghadapi masalah perbatasan di wilayah itu.
“Kami kecewa dengan gubernur (NTT) yang tidak peduli dengan kesulitan kami di Elar Selatan. Jembatan dan jalan yang diblokir oleh warga Ngada merupakan masalah pokok bagi kami,” ujar Thomas.
Menurut dia, konidisi itulah yang membuat Desa Wae Rasan masih terisolasi. Sebab, satu-satunya akses yang masih bisa dilalui adalah jalan provinsi NTT dari Wukir ke Bajawa. Sedangkan jalan provinsi dari Wukir ke Mukun rusak parah.
Demikian juga jalan alternatif yang merupakan jalan kabupaten dari Wukir ke Lengko Elar dan dari Cabang Lima ke Ritapada, Kota Komba. Semuanya rusak parah.
“Kami sungguh terisolasi karena pemerintah tidak hadir dalam masalah yang dihadapi masyarakat Elar Selatan,” kata Thomas. (Adrianus Aba/VoN)