Kefamenanu,Vox NTT- Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Biboki Selatan (Bisel) Timor Tengah Utara (TTU), Fabianus Suban menanggapi tudingan telah melakukan pungutan liar (Pungli) ratusan juta rupiah.
Kabarnya, dugaan pungli tersebut dengan dalih sebagai uang pelicin guna pencairan dana tunjangan khusus dari ratusan guru PNS dari sejumlah kecamatan di Kabupaten TTU.
Kepsek Fabi menyampaikan klarifikasi tersebut saat ditemui awak media di ke diamannya di Desa Supun, Kecamatan Biboki Selatan, Selasa (4/7/2017).
Fabi menjelaskan, informasi adanya tunjangan khusus bagi para guru di daerah tertinggal, terbelakang, dan terluar diperolehnya dari pihak Kementrian Pendidikan saat mengikuti Bimtek rehab bangunan sekolah di Jakarta beberapa waktu lalu.
“Setelah pulang dari Bimtek, makanya saya dengan istri urus berkas untuk kirim ke Kementrian guna mendapatkan tunsus (tunjangan khusus) tersebut,” katanya.
Dia mengatakan,berhubung selama ini banyak guru yang kesulitan akses untuk mendapatkan dana tersebut, maka ketika mendapat informasi tersebut dirinya sementara mengurus dana tunsus.
Baca: Diduga Lakukan Pungli Ratusan Juta, Oknum Kepsek di TTU Terancam Dipecat
Guru yang lain lanjut Fabi, langsung mendekati dirinya untuk dibantu dengan maksud bisa mendapat tunsus.
Para guru tersebut merupakan guru SD dan SMP, serta beberapa orang guru SMA yang berasal dari Kecamatan Biboki Selatan dan Biboki Utara.
Jumlah guru yang mengumpulkan uang sebanyak 150 orang.
Pada kesempatan tersebut Fabi juga membenarkan ada sejumlah uang yang dikumpulkan dari para guru dengan jumlah total Rp 180 juta lebih.
Namun dirinya membantah kalau uang tersebut sebagai mahar untuk mendapatkan dana tunsus.
Sebab uang tersebut dipakai untuk kepentingan transportasi dan urusan administrasi.
“Tidak benar kalau ada uang mahar seperti yang ada di berita,uang itu dikumpulkan atas kesepakatan bersama sehingga kalau ada yang bilang jual ternak atau apa kan itu bukan urusan saya,” tegas Fabi.
Terkait pemberitaan adanya oknum pendeta yang diduga sebagai orang yang memiliki jaringan ke Komisi X, Fabi menjelaskan yang bersangkutan merupakan orang yang telah berjasa membantunya semasa kuliah.
Lanjut dia, berhubung orang tersebut memiliki keperluan di Betun sehingga menginap di rumahnya selama 2 malam.
Fabi juga membantah kalau orang tersebut ada kaitannya dalam kasus ini.
Fabi juga mengungkapkan bahwa dirinya dan para guru yang sudah mengumpulkan uang sudah ada kesepakatan. Kesepakatan terutama agar uang yang sudah dikumpulkan akan dikembalikan.
“Mulai besok (Rabu) kita sudah bagi uangnya kembali tapi tidak bisa utuh karena sebagian uang sudah kita pakai untuk pengurusan administrasi dan transportasi selama ini,” ungkapnya.
Terpisah, salah seorang guru yang diduga menjadi korban kepada awak media mengaku tidak akan menerima uang tersebut jika dikembalikan tidak utuh.
“Saya kumpul uang Rp 2 juta tapi setelah itu kumpul lagi Rp 100 ribu untuk administrasi jadi kalau dikembalikan tidak utuh maka saya tidak akan terima,” tegasnya sambil meminta namanya jangan dimediakan. (Eman Tabean/VoN)