Maumere, Vox NTT- Branding merupakan hal paling dasar yang perlu dilakukan oleh setiap orang yang hendak membangun usaha.
Hal ini dikarenakan ada ‘tiga dunia’ yang menjadi tantangan utama dalam berinovasi.
Sekumpulan usaha dalam bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan merupakan upaya membangun citra yang kuat terhadap sebuah produk.
“Branding adalah hal yang paling mendasar yang wajib dilakukan. Tujuannya agar kita memiliki keunggulan dalam berkompetisi,” terang motivator handal, Daniel Surya kepada peserta seminar yang diadakan Alumni Seminari Yohanes XXIII Lela di Aula Universitas Nusa Nipa (Unipa), Minggu (30/7/2017).
Menurutnya, branding bukan sekedar mendesaian logo yang bagus tetapi lebih pada memilih ikon yang tepat.
Starbucks atau KFC dan beragam produk lain mampu membangun branding dengan menjual style of life dan kekutan sosial di balik produk mereka.
Branding terhadap inovasi perlu dilakukan telebih dahulu mengingat ancaman ‘tiga dunia’ saat ini.
“Dunia yang pertama adalah similar world, sedangkan dunia kedua saya sebut fast lane world dan dunia ketiga yakni changing world,” terang Daniel.
‘Similar world’ yang dimaksudkan Daniel adalah kondisi dunia saat ini yang penuh dengan dengan hal-hal mirip.
Ia memberi contoh pada teknologi komunikasi seperti telepon selular yang beraneka ragam namun memiliki bentuk dan fungsi yang sama.
Dunia kedua atau ‘fast lane wold’ adalah dunia yang sangat cepat berubah. Sementara itu, ‘changing world’ adalah dunia yang terus berubah.
Daniel memberi rujukan pada produk pemutih tulisan atau Tipp-Ex yang tidak dipakai lagi.
Menurutnya, inovasi branding yang baik harus mampu beradaptasi dengan perubahan situasi.
“Jangan mau inovasi anda jadi seperti Tipp Ex yang tidak bertahan lama karena kemunculan aplikasi atau piranti lain yang tidak berbasis kertas atau pulpen,” terangnya.
Seminar bertema ‘Membangun Daya Saing Daerah Melalui Inovasi Branding dan Teknologi Kreatif’ tersebut merupakan bagian dari Reuni Massal Alumni Seminari Yohanes XXIII Lela.
Seminari tersebut berdiri dari tahun 1967 sampai tahun 1985.
Sepanjang beridirnya seminari tersebut telah menghasilkan 16 angkatan dengan 60 alumni diantaranya berhasil menjadi imam.
Ketua Panitia Reuni, Rudy Keupung mengatakan reuni tersebut dihadiri semua angkatan.
Demi mewadahi para alumni, mereka telah membentuk Yayasan Seyoan pada 2016 lalu yang dipimpin oleh Robert Kerong.
Menurutnya, reuni tersebut sengaja diadakan agar dapat menyatukan para alumni.
“Meskipun seminarinya sudah tidak ada tetapi alumni yang ada ingin berkontribusi pada pembangunan di Sikka,” terangnya kepada VoxNtt.com usai seminar tersebut.
Sebagai bentuk kontribusi alumni Seminari Lela kepada para alumni maka dalam waktu dekat Yayasan Seyoan akan mendirikan lembaga bimbingan belajar di Maumere.
Lembaga tersebut akan menyediakan bimbingan belajar bahasa asing termasuk Bahasa Inggris.
Khusus untuk Bahasa Inggris Rudi mengaku lembaga tersebut juga akan menyelenggarakan Test TOFL dan IELTS.
Satu mimpi lagi yang hendak mereka wujudkan adlaah menghidupkan kembali Seminari Lela di lokasi sebelumnya yakni di Lela, Kabupaten Sikka. (Are De Peskim/AA/VoN)