Timika- Kerusuhan di Timika akibat PHK terhadap karyawan PT. Freeport Indonesia, Papua kian memanas. Guna melindungi sejumlah obyek vital, aparat keamanan terus meningkatkan penjagaan di area Perusahaan tambang emas terbesar dunia itu.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar menyatakan, pihaknya terus meningkatkan pengamanan di obyek-obyek vital milik PT Freeport Indonesia di wilayah dataran rendah Mimika seperti perkantoran dan perumahan staf Freeport di Kuala Kencana, kawasan Pelabuhan Amamapare, Bandara Mozes Kilangin, dan tempat-tempat strategis lainnya.
Hal itu disampaikan Mantan Kadiv Humas Polri itu, terkait aksikerusuhan pada Sabtu (19/8/2017) siang hingga malam.
“Yang mereka ganggu itu di jalan, terminal, dan karyawan seperti di PT Petrosea yang ada aktivitas terkait dengan Freeport,” ucap Kapolda seperti dilansir Antara, seperti lansir Kompas.com, Minggu (20/8/2017)
Meski demikian dia menyebutkan, pihaknya tidak akan menambah pasukan ke Timika.
Pihak Polri dan TNI di wilayah itu sendiri mengerahkan personel sebanyak empat kompi, untuk pengamanan aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan itu.
“Dengan anggota Polri dan TNI yang ada sudah cukup. Ada Polres, Brimob, Brigif, Kodim, Lanal, Lanud semuanya akan mem-back upkepolisian,” kata Boy Rafli.
Baca:Karyawan PT. Freeport Demo, Jalan Ditutup dan Sejumlah Kendaraan Dibakar
Dia menilai aksi yang dilakukan oleh karyawan mogok di Timika sejak Sabtu siang sekedar untuk mendapatkan perhatian dari berbagai pihak terkait persoalan yang mereka hadapi selama ini, namun dengan cara-cara yang keliru, melawan hukum, dan tidak bertanggung jawab.
“Mungkin mereka ingin mendapatkan kesempatan. Padahal mereka bisa menempuh jalur hukum. Solusi penyelesaian masalah melalui jalur hukum sudah ditawarkan yaitu melalui penyelesaian hubungan industrial. Tapi mereka tidak mau menggunakan itu, malah melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya kriminal,” ucap Boy Rafli.
Ia tidak menampik adanya aktor yang menggerakkan ribuan karyawan mogok melakukan penyerangan fasilitas milik PT Freeport di sekitar Check Point 28 dan kemudian berlanjut ke Terminal Bus Gorong-gorong dan perkantoran PT Petrosea.
“Kalau seperti ini pasti ada aktornya. Orangnya itu-itu saja. Tidak begitu sulit mengidentifikasi mereka yang selama ini unjuk rasanya kita fasilitasi, aspirasinya juga kita fasilitasi ke DPRP, melalui pertemuan-pertemuan tripartit. Yang terjadi sekarang adalah pemaksaan kehendak yang berujung pada hal-hal di luar batas,” kata dia.
Kapolda meminta karyawan mogok tidak mengulangi perbuatan tersebut.
Adapun kerugian material yang ditimbulkan akibat tindakan anarkistis massa itu masih terus diinventarsasi.
Pada Sabtu malam, Kapolda Papua Boy Rafli Amar meninjau perkantoran PT Petrosea di Jalan Cenderawasih Timika yang dirusak oleh massa.
Berdasarkan laporan manajemen PT Petrosea, aksi penyerangan ke kantor mereka dilakukan secara tiba-tiba saat karyawan sedang beristirahat pada Sabtu malam.
“Mereka datang tiba-tiba lewat pintu depan dan dari arah belakang lalu melempar kantor, memecahkan kaca-kaca jendela, memecahkan kaca belasan mobil operasional dan bus, bahkan pos satpam sempat dibakar tapi api segera dipadamkan,” sebut seorang perwakilan manajemen PT Petrosea. (Kompas.com/VoN)