Maumere, Vox NTT – Angka kemiskinan di Kabupaten Sikka, NTT terus meningkat sepanjang 2014-2016.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir dalam Sikka Dalam Angka 2017, menunjukkan pada tahun 2016 jumlah orang miskin bertambah 500 orang dari tahun 2015 yang berjumlah 44.640 jiwa menjadi 45.140 jiwa.
Persentasinya pun mengalami peningkatan sebesar 0,05 % dari tahun sebelumnya sebesar 14,28 %. Ini berarti dalam setiap 7 orang penduduk Sikka terdapat 1 orang penduduk miskin.
Peningkatan jumlah penduduk yang masuk dalam kategori miskin tersebut, sejalan dengan meningkatnya jumlah garis kemiskinan.
Garis kemiskinan adalah nilai pengeluaran per kapita untuk pemenuhan kebutuhan makanan, minuman, perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Pada tahun 2014 garis kemiskinan di Sikka sebesar Rp 242.968. Tahun 2015 sebesar Rp 247.641. Sementara itu, pada tahun 2016 garis kemiskinan terus meningkat menjadi sebesar Rp 266.257.
Tren ini agak berbeda dibandingkan periode 2012-2014. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin di Sikka adalah sebanyak 39.400 jiwa.
Jumlah tersebut menurun menjadi 39.100 pada tahun 2013. Selanjutnya menurun cukup besar menjadi 38.200 jiwa. Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut terjadi meskipun garis kemiskinan meningkat. Pada tahun 2012, 2013, dan 2014 garis kemiskinan masing-masing sebesar Rp 219.769, Rp 231.250 dan Rp 242.968.
Sementara dari sisi kesehajteraan keluarga terdapat ketimpangan yang sangat besar. Pada tahun 2015 dari total keluarga di Sikka sebanyak 78.447 jumlah Keluarga Pra Sejahtera lebih dominan dibandingkan dengan klasifikasi keluarga lainnya baik itu Keluarga Sejahtera Golongan 1, Golongan 2, Golongan 3 atau pun Golongan 3 Plus.
Kelurga Pra Sejahtera berjumlah 31.444 sementara Keluarga Sejahtera Golongan 1 berjumlah 26.200, Golongan 2 berjumlah 16.023, dan Golongan 3 sebanyak 4.528.
Jumlah Keluarga Sejahtera Golongan 3 Plus yakni keluarga yang keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum, kebutuhan dasar psikologis, kebutuhan pengembangan, dan sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial dan aktif mengikuti gerakan semacam itu hanya berjumlah 252 keluarga. (Are De Peskim/VoN)