Borong, Vox NTT- Warga Kecamatan Lamba Leda mengaku sudah lelah berharap pada Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur (Matim) untuk memperbaiki jalan Benteng Jawa-Bawe.
Pasalnya, sudah puluhan tahun era kepemimpinan Yoseph Tote dan Agas Andreas (Paket YOGA) memimpin Matim, jalan menuju Lamba Leda bagian timur itu tak kunjung diperbaiki.
Jalan yang cukup rusak sepanjang belasan kilometer. Diperparah batu-batu telford bertumpuk penuh di tengah jalan.
Jangan tanya lagi saat musim hujan, warga pengguna jalan itu hanya berpasrah. Sebab jalan licin di atas telford yang sudah tidak layak itu selalu menjadi sajian pahit bagi warga.
Kondisi jalan yang parah itu dibenarkan oleh tokoh muda asal Lamba Leda, Ronal Janas.
Kepada VoxNtt.com di Borong, Rabu (20/9/2017), Ronal mengatakan sudah dua periode kepemimpinan YOGA, masyarakat Lamba Leda pengguna jalan Benteng Jawa-Bawe belum menikmati buah dari pembangunan infrastruktur.
Warga tetap menggunakan jalan itu, meski nyawa menjadi taruhan saat menaiki kendaraan. Seolah tidak berdaya, sebab jalan Benteng Jawa-Bawe merupakan ruas vital bagi perekonomian masyarakat Lamba Leda bagian timur.
“Puluhan tahun jalur Benteng Jawa -Bawe tidak pernah diperhatikan pemerintah Matim. Pemerintah sepertinya tidak punya mata melihat penderitaan masyarakat,” ujar Ronal dengan kesal.
“Kami sebagai rakyat yang melintas jalur ini harus bertaruh nyawa saat hasil komoditi kami angkut ke pasar dan ke kota demi menafkai hidup kami. Ini memang tidak adil. Namun, terpaksa kami harus jalani,” tambah dia.
Padahal menurut Ronal, infrastruktur jalan memegang peranan penting dalam roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan satu daerah. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan masyarakat miskin.
“Kalau jalan baik, pasti ekonomi masyarakat juga baik. Kita punya bagaimana mau masyarakat sejahtera, jalan saja tidak diperhatikan. Karena jalan jelek, biaya transportasi jadi mahal, harga sembako juga naik. Hasil akhirnya masyarakat miskin terus,” tukas Ronal
Karena itu sebagai rakyat, Ronal berharap agar pemerintah sebagai pemegang kekuasaan harus mendengarkan jeritan dan tangisan warga. Itu terutama agar segera membangun lapen di jalur Benteng Jawa-Bawe.
“Kami lelah berteriak. Sudah terlalu lama jeritan kami tidak dihiraukan oleh Pemda Matim,” katanya.
Siprianus Yanto, warga asal Kecamatan Lamba Leda lainnya mengharapkan kepada pemimpin Matim berikutnya untuk tidak mengulangi kegagalan YOGA.
Menurutnya, kebijakan pembangunan harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur. Sebab infrastruktur merupakan salah satu urat nadi kemajuan ekonomi.
“Kami hanya butuh aspalkan jalan, tidak lebih. Cukup penuhi itu saja. Kami terlalu sengsara melintasi jalan yang bagai kali itu. Kalau musim hujan, mobil kami dipenuhi dedak dan jalan penuh dengan tumpukan dedak. Tolong perhatikan kami. Kami juga bagian dari daerah ini,” demikian Sipri menjerit. (Nansianus Taris/Editor: Ardy Abba/VoN)