Kupang, Vox NTT – Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar yang juga adalah Ketua DPR RI, Setya Novanto dinilai lebih kejam dari isu bangkitnya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat ini dilarang di Indonesia.
Hal ini disampaikan Ketua termandat PMKRI Cabang Kupang, sekaligus Presidium Germas, Adrianus Oswind Goleng saat diwawancarai media ini usai melakukan orasi dalam mimbar bebas bertajuk “Save KPK”, Rabu (27/09/2017) di depan Marga PMKRI, Jln. Jend. Soeharto No. 20 Naikoten 1, Kota Kupang.
Menurut Oswind, demikian ia disapa, sikap Novanto yang selama ini diduga berupaya melemahkan KPK, melakukan praperadilan dan mengangketkan KPK adalah suatu bentuk pelanggaran terhadap hukum dan sama sekali tidak mencerminkan Pancasila. Karena itu dia anggap Novanto lebih kejam dari PKI yang sekarang diisukan bangkit kembali.
Baca: Lemahkan KPK, PMKRI Ajak Masyarakat Adil 3 Parpol Ini
“Saya nyatakan secara tegas, bahwa kalau kita buat perimbangan dan perbandingan antara PKI dan Novanto, maka hari ini saya nyatakan Novanto lebih jahat, Novanto lebih penjahat daripada PKI. Kenapa? Karena bagi saya, Novanto bukan pemain baru. Beliau adalah pemain lama yang kiprahnya di Partai politik sudah tersandung banyak masalah, termasuk kemarin itu kasus papa minta saham. Saya katakan sebagai masyarakat, sebagai orang muda bahwa Novanto lebih kejam dari PKI. Karena mencuri uang rakyat sama dengan membunuh masyarakat,” tegas Oswind.
Pengalihan Isu
Berkaitan isu PKI yang sedang ramai diperbincangkan di seluruh jagat maya, Oswind menduga itu hanya mengalihkan isu semata agar masyarakat tidak fokus terhadap proses penangan kasus E-KTP yang selama ini terus diupayakan KPK.
Oleh karena itu, Oswin menegaskan PMKRI tidak akan terganggu dengan isu-isu yang muncul kemudian. Menurut dia, PMKRI konsisten dan tetap focus mendukung KPK.
“Konsentrasi PMKRI hari ini tetap mendukung KPK dan menolak partai-partai yang bernafsu untuk mendorong hak angket terhadap KPK,” ujarnya.
Menurut dia, aksi dukungan untuk menuntaskan kasus korupsi E-KTP bukan baru dilakukan PMKRI, melainkan gerakan yang terus berlanjut.
Dia mengisahkan, beberapa tahun silam PMKRI pernah menggelar aksi yang sama. Beberapa bulan lalu juga menyerukan hal yang sama.
Bahwa ada isu-isu lain seperti bangkitnya PKI, bagi dia, hanyalah pengalihan isu yang sengaja dilakukan pemerintah untuk mengalihkan pikiran dan pandangan masyarakat lalu melupakan kasus E-KTP.
“Kami tetap kosentrasi dengan kasus E-KTP hingga tuntas, kami tidak peduli dengan isu-isu lain. Bagi kami itu hanya untuk pengalihan semata guna membungkam kasus E-KTP,” cetus Oswind.
Tudingan Oswind ini dinilai bukan tidak berdasar. Kasus E-KTP telah mengorbankan banyak hal termasuk nyawa saksi kunci dalam kasus ini, Johanes Marliem. Marliem diduga bunuh diri karena tertekan dalam menghadapi kasus ini.
Selain Marliem, juga terjadi kekerasan yang menimpa penyidik KPK, Novel Baswedan yang berusaha mengungkap kasus ini.
Anti Pancasilais
Selain menilai Novanto, Oswind juga mengatakan bahwa Partai pengusung hak angket merupakan partai-partai yang tidak menunjukan semangat Pancasila.
Menurut dia, partai yang Pancasilais tidak mungkin terlibat dalam korupsi apa lagi mendukung pelaku korupsi.
“Bagi saya, partai-partai yang hari ini menyatakan diri sebagai partai yang Pancasilais tetapi tidak diwujudkan dalam sikap dan perilaku, itu merupakan bentuk pelacuran terhadap Pancasila. Ini adalah bentuk pelacuran terhadap Pancasila” kesal Oswind. (Tarsi Salmon/BJ/VoN).