Atambua, Vox NTT- Sebagai bukti komitmen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Direktorat Jendral Perikanan Budidaya melakukan terobosan dengan membangum dari daerah Terdepan dan Terluar (2T).
Sebagai bukti, bertempat di Manleten, Kecamatan Tasifeto, Belu, Ditektur Jendral Perikanan Budidaya Ir. Slamet Soebjakto, M.Si secara simbolis menyerahkankan bantuan kepada kelompok budidaya ikan Cempaka Lalosuk dengan melepas 6.000 ekor ikan lele yang disebar pada 20 bak penampung.
Terpilihya kelompok Cempaka Lalosuk sebagai contoh bagi kelompok budidaya ikan air tawar di Timor barat, selain berada di daerah 2T, kelompok Cempaka Lalosuk yang diketuai Benyamin Taek Mau, telah menggeluti budidaya ikan lele sajak tahun 2014 silam.
Saat ini, dengan didampingi fasilitator dari Dirjen, kelomlok Cempaka Lalosuk sedang mengembangkan sistem pemeliharaan ikan dengan menggunakan teknologi biofolk, dimana pakan ikan dihasilkan dari pemanfaatan mikroorganisme yang hidup di dalam kolam.
Dalam acara lepas benih lele yang berlangsung, Sabtu, (30/92017), Dirjen Perikanan Budidaya, Soebjakto meminta agar masyarakat desa Manleten yang sudah mulai melakukan budidaya ikan lele agar terus ditingkatkan.
Dengan demikian, jelas dia perhatian pemerintah akan semakin baik. Dirinya meminta agar kelompok-kelompom budidaya ikan air tawar yang ada di kabupaten Belu, Malaka, TTU dan TTS segera membuat koperasi yang berbadan hokum. Karena segala bentuk bantuan dari Kementerian akan masuk melalui koperasi.
Dirinya meminta kepada kelompok lain yang belum mendapat dukungan agar segera menyiapkan proposal agar pada tahun 2018, bisa diperhatikan oleh Kementerian KKP.
“Segera kumpulkan proposal. Nanti proposal yang masuk ke kami akan dipertimbangkan untuk tahun 2018. Akan diverifikasi, lalu sudah harus mulai bentuk koperasi yang berbadan hukum karena bantuan mengalir melalui koperasi,” Ujar Soebjakto.
Sebagai bentuk dukungan kementerian, Dirjen Perikanan Budidaya melalui Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar, Sukabumi mendatangkan fasilitator dari Sukabumi dan Bali untuk mendampingi kelompok-kelompok di Timor Barat, khusunya di Belu yang sudah mulai berproses.
“Teman-teman penyuluh dari Bali dan Sukabumi akan kawal sehingga pemanfaatan teknologi bisa maksimal. Di sini potensinya besar. Kelompoknya saja 50. Karena itu tolong buatkan usulan sehingga kami bisa tahu kebutuhan kelompok disini,” Ujar Soebjakto.
Terpisah, ketua Kelompok Budidaya Ikan Cempaka Lalosuk kepada awak media menuturkan, dirinya sudah menekuni aktivitas budidaya ikan lele sejak 2014. Pada awalnya, hasil panen ikan lele hanya dibagikan secara gratis kepada masyarakat sekitar.
Diakuinya, dirinya melakukan itu agar membangkitkan minat masyarakat untuk mulai melakukan kegiatan usaha budidaya ikan lele. Saat ini, lanjut Benyamin, jumlah anggotanya sudah 10 orang.
Hasil panen budidaya ikan lele dijual ke warung-warung yang di kota Atambua. Hingga saat ini ada enam warung yg jadi langganan terap dengan harga jual Rp. 40.000/kg.
Benyamin juga menyampaikan terima kasih kepada Bupati Belu dan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya yang telah memperhatikan petani di daerah perbatasan.
Bupati Belu, Wilibrodu Lay, pada kesempatan itu sangat mengapresiasi program bantuan yang diberikan Kementerian KKP kepasa masyarakat Belu. Dirinya meminta agar kelompok budidaya ikan lele agar memanfaatkan dengan baik apa yang dipeoleh.
Selain itu, Lay juga meminta agar para petani serius belajar agar bisa memperoleh pengetahuan dari fasilitator yang dikirim dari kementerian KKP. (Marcel/VoN)