Ende, Vox NTT-Rupa-rupa kritikan petani kakao terhadap Pemerintah Kabupaten Ende yang tidak menyiapkan pasar hasil komoditi.
Petani kakao asal Desa Embuzozo, Kecamatan Nangapanda, Arnoldus Rera menilai, selama ini pemerintah kerap menyiapkan fasilitas transportasi baik laut, darat maupun udara.
Baginya, kesiapan tersebut hanya diperuntukan masyarakat yang bepergian. Sementara, bagi masyarakat kelas bawah yang ingin pasarkan hasil komoditi justru tidak menjadi prioritas.
“Kita kan tidak jual ke Surabaya atau Jakarta. Kita jual disini dan mestinya pemerintah siapkan pasar dengan harga sesuai,” katanya saat bertemu di kantor desa Embuzozo, Senin (20/11/2017).
Selama ini, jelas dia, masyarakat mendistribusi komoditi ke Maumere Kabupaten Sikka melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) dengan harga yang selisih.
Arnoldus menjelaskan, masyarakat kesulitan memasarkan hasil komoditi seperti kakao, fanili, cengkeh, kelapa dan kemiri dengan harga stabil.
“Pokoknya tidak stabil. Kalau di Maumere 23 ribu, kita disini 21 ribu. Ini yang menurut saya tidak adil,” ucap dia.
Kritikan serupa diungkapkan Maria Wenggo dan Serlina Ajo.
Mereka menyatakan apresiasi kepada pemerintah yang telah menghadirkan kapal masuk ke Ende.
“Kita senang ada kapal, tapi harus ada pasar komoditi. Kami, jamin mutu (komoditi, red) baik tapi harus siapkan pasar,”kata Maria.
“Ia, tidak perlu kita kirim ke Maumere. Kita bisa tampung langsung di sini,” sambung Serlina.
Penulis: Ian Bala
Editor: Adrianus Aba