Borong, Vox NTT– Puluhan warga Dusun Tanggo, Kelurahan Kota Ndora, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) mengaku kesal lantaran mendapatkan beras sejahtera (Rastra) yang berwarna kuning dan berbau.
Beras yang bau apek tersebut diterima warga dari pihak Kelurahan Kota Ndora pada 28 November 2017 lalu.
Maria Dese, warga dusun Tanggo kepada VoxNtt.com, Jumat (01/12/2017), di Tanggo mengatakan kondisi beras yang diterimanya beberapa waktu lalu rusak. Tak hanya berwarna kuning, namun beras tersebut mengeluarkan bau apek.
Dia mengaku, beras yang berbau itu tidak layak dikonsumsi.
“Bau pak. Tidak bisa kita masak untuk makan. Cocoknya untuk makanan babi. Masa manusia dikasih beras yang bau,” kata Maria dengan kesal.
Selain berbau, kata Maria beras itu juga banyak gabahnya.
Dia juga mengaku sudah pernah mengembalikan beras tersebut ke pihak kelurahan Kota Ndora. Namun, ditolak karena menurut pihak kelurahan beras itu tidak bisa ditukar.
“Aneh sekali. Beras ini bukan diberi gratis. Warga kumpul uang untuk dapat beras ini. Tetapi, kenapa ko kasih beras rusak dan berbau. Kerja harus becus melayani kepentingan masyarakat. Masa urus beras saja tidak becus,” ujar Maria.
Dikatakan, karena kondisi berasnya bau, beberapa warga terpaksa menjadikan beras untuk pakan ternak.
“Kami kasih makan babi saja. Karena itu yang pas dan cocok. Kami ini manusia. Tidak bisa masak beras yang bau,” tambahnya.
Pengakuan serupa datang dari warga Tanggo lain yakni, Lusia Lahima. Dia juga mendapatkan beras yang buruk dan berbau dari pihak kelurahan Kota Ndora.
Kendati berbau, namun keluarga Lusia terpaksa
mengonsmsi beras itu. Hal itu dikarenakan ketiadaan beras.
“Terpaksa kami pakai saja. Daripada tidak makan. Memang kecewa juga dengan pemerintah kita ini. Urus kebutuhan masyarakat tidak dari hati,” ujarnya.
Karena itu, Lusia meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan kondisi yang dialami masyarakat, terutama terkait beras yang buruk tersebut.
“Aturannya seperti apa. Apakah beras yang berbau bisa dikembalikan dan diganti? Jujur, kami beli ini beras. Bukan gratis. Kami tidak terima kalau kami dikasih beras yang bau,” tandas Lusia.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Adrianus Aba