Borong, Vox NTT- Veronika Niat, janda yang kini sudah berusia 67 tahun di desa Golo Wune mengaku kesal dengan pemerintah desa setempat dan pemerintah Manggarai Timur lantaran tidak mendapat bantuan beras sejahtera (Rastra) dan program keluarga harapan (PKH).
“Saya kesal dan kecewa dengan pemerintah kita. Saya ini janda tua tetapi tidak diperhatikan. Malah yang dapat bantuan itu orang yang ekonominya mampu. Lebih aneh lagi, aparat desa dapat bantuan itu,” tutur Vero kepada VoxNtt, Minggu (03/12/2017).
Janda yang kerap disapa mama Vero itu merasakan ketidakadilan yang dialaminya sudah sejak lama.
“Dari dulu sampai sekarang, saya tidak pernah dapat bantuan apapun dari pemerintah. Padahal saya ini tidak ada yang bantu menafkai keluarga. Saya hanya mengandalkan belas kasihan orang untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” tutur Vero dengan wajah penuh sedih.
BACA: Aparat Desa Golo Wune Malah dapat Rastra dan PKH, Janda Miskin “Disingkirkan”
Memasuki bulan krisis, terpaksa ia harus bon di kios untuk bisa mendapatkan beras. Ia pun berani berutang meski tidak ada penghasilan tetap untuk membayar utangnya itu.
“Daripada anak-anak saya mati kelaparan, lebih baik saya berani utang. Meski itu sulit. Tetapi harus saya jalani. Kami ini makan juga hanya nasi dan sayur saja. Tunggu mimpi baru makan dengan lauk. Mau beli ikan, siapa yang cari uang,” tambahnya.
Vero mengaku dirinya tidak punya penghasilan setiap hari atau bulanan. Beda dengan yang lain, mungkin masih bisa bekerja di orang untuk mendapat uang harian.
Di usianya yang sudah renta itu, dia hanya bersandar pada hasil komoditi seperti cokelat peninggalan suaminya yang sudah meninggal beberapa tahun silam.
“Hasil jualan cokelat satu-satunya harapan untuk bisa bantu menghidupkan keluarga. Itu pun kalau buahnya bagus. Apalagi sekarang tanaman cokelat banyak diserang penyakit. Tidak bisa diandalkan lagi,” aku Vero.
Lebih menyedihkan, saat anaknya sedang duduk di bangku SMA minta uang, ia terpaksa pontang panting mencari uang dengan ijon kepada pengusaha-pengusaha di kampugnya.
Taruhannya, kalau panen kopi dan cengkih tinggal distor kepada pemodal itu. Namun terkadang, para pengusaha di kampungnya jarang memberinya ijon. Para pengusaha, tutur dia, takut memberinya ijon karena meragukan hasil panen yang menurun. Apalagi melihat kondisinya yang sudah tidak produktif lagi.
“Sulit sekali. Beruntung kalau ada yang percaya saya. Kalau tidak anak-anak terancam putus sekolah Anak saya, tiga yang SD, satu yang SMA dan satu lagi yang sedang merantau untuk lanjut kulia. Saya tidak bisa lagi ongkos dia kuliah. Makanya dia pergi merantau, mungkin bisa kulia sambil kerja,” kata ibu dari lima orang anak ini.
Kini, Vero harus menjalani kenyataan pahit. Menjalani hidup serba kekurangan. Menafkahi anak-anaknya seorang diri.
Vero sangat berharap budi dan hati baik dari pemerintah menengok kondisi keluarganya yang penuh kekurangan itu.
“Saya berharap pemerintah Manggarai Timur buka mata melihat kondisi keluarga saya. Saya ini janda yang tidak berdaya. Menafkahi keluarga hanya mengandalkan belas kasihan sesama,” harap mama Vero.
Sebelumnya dibertitakan media ini, Mama Vero mengaku kesal lantaran program bantuan pemerintah seperti beras sejahtera dan program keluarga harapan malah diberikan kepada aparat desa Golo Wune. Sementara keluarganya yang miskin tak mampu tidak mendapatkan apa-apa.
Penulis: Taris Nansianus
Editor: Irvan K