Maumere, Vox NTT– Tahun 1992 Maumere diporak-poranda tsunami. Tsunami yang diawali dengan gempa tersebut merusak sebagian besar wilayah Kota Maumere dan Kabupaten Sikka.
Akan tetapi, setelah 25 tahun tsunami berlalu, ada tsunami masa kini yang juga merusak wajah Kota Maumere dan Kabupaten Sikka.
Dalam malam refleksi tsunami yang digelar Komunitas Kahe pada Selasa (5/12/2017), mantan Bupati Sikka, Daniel Woda Pale menyatakan vandalisme memiliki daya rusak dan perlu diwaspadai oleh anak muda saat ini.
“Sebelum tsunami 92 kota ini pernah hancur lebur dihantam bom Jepang, tetapi berhasil bangkit kembali. Demikian juga pasca tsunami 92 gempa Maumere bisa bangkit. Hanya yang perlu diwaspadai adalah tsunami masa kini yaitu vandalisme. Dinding-dinding penuh dengan coretan,” ujar Daniel Woda Pale.
Hal senada disampaikan oleh Koordinator Komunitas Kahe, Dede Aton.
Menurutnya, refleksi tsunami tersebut tidak hanya terbatas pada bencana 25 tahun lalu.
“Sampai saat ini kami di Kahe masih mencari apa tsunami masa kini yang memiliki daya rusak yang sama seperti tsunami 92. Itu bisa saja kapitalisasi terhadap kekayaan sumber daya alam, pembangunan yang justru merusak wilayah pesisir atau apa pun yang memiliki daya rusak terhadap lingkungan,” tegasnya.
Malam refleksi tersebut merupakan awal dari rangkaian pekan seni yang digelar Komunitas Kahe bersama Teater Garasi untuk memperingati tsunami di Sikka.
Selama sepekan Kahe yakni 5-11 Desember 2017 sejumlah aktivitas seni akan berlangsung di Dapoer Soenda Flores, samping Basecamp Radio Sonia FM diantaraneya diskusi, pembacaan puisi dan ceepen, mural painting, pemutaran film, serta pementasan teater dan monolog.
Penulis: Are de Peskim
Editor: Adrianus Aba