Soe, Vox NTT- Pihak RSUD Soe menanggapi informasi yang berkembang di media social (Medsos) terkait kondisi pesien Sila Yandri Mbatu yang dirawat di IGD Rumah Sakit tersebut, pada Senin (4/12/2017) lalu. Namun pasien memilih keluar karena tidak mau dioperasi.
Informasi yang beredar, Yandri tidak mau dioperasi lantaran tidak didahului pemeriksaan penunjang. Hal ini kemudian mendapat tanggapan balik dari dokter yang menanganinya, yaitu dr. Ani Otu dan dr. Yupiter Liufeto.
Menurut dr. Yupiter Liufeto yang ditemui di ruang KTU bersama Direktris RSUD Soe, dr. Ria Tahun, Yandri mengeluh sakit perut selama 4 hari, sebelum dibawa ke RSUD Soe, Senin (4/12/2017).
Pada pemeriksaan luar yang dilakukan dr. Ani Otu di ruang IGD, pesien Yandri mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah, denyut nadinya 128 kali per menit dengan suhu badan 36,4 derajat celsius.
Pemeriksaan penunjang pun dilakukan yakni, melakukan ronsen dan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dr. Yupiter Liufeto.
Hasilnya dokter Liufeto dan dr. Ani Otu menyimpulkan bahwa pesien mengalami usus buntu dan sudah pecah.
“Kita lakukan pemeriksaan luar dan dikonfirmasikan dengan hasil pemeriksaan penunjang, yakni pemeriksaan laboratorium dan ronsen. Hasilnya pesien atas nama Sila Yandri Otu mengalami sakit usus buntu dan sudah pecah,” jelas dr. Liufeto yang didampingi Direktris RSUD Soe dr. Ria Tahun serta KTU Ricard Sareng.
Yupiter membantah jika tidak dilakukan pemeriksaan penunjang yakni pemeriksaan laboratorium dan ronsen.
“Jadi sangat tidak benar jika ada informasi yang mengatakan tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Hasil lab-nya dan hasil ronsennya ada kok,” lanjut Yupiter sambil menunjukan hasil lab dan hasil rongcent.
Mengenai penolakan dari keluarga untuk tidak dilakukan operasi dan memilih untuk pulang ke rumah, menurut dr. Yupiter adalah hak dari pesien yang dibuktikan dengan surat penolakan untuk dioperasi dan surat permintaan sendiri untuk pulang (APS) yang ditandatangani oleh Martin Mbatu, ayah pesien dan saksi dari keluarganya Adina Sanam serta dari RSUD Soe, dr. Ani Otu dan salah seorang perawat, Nina Sae.
Sementara untuk kata-kata yang mengatakan bahwa jika tidak secepatnya dioperasi maka pesien akan meninggal dalam waktu 2 jam, juga dibantah oleh dr. Yupiter dan dr. Ria Tahun.
“Tidak ada kata-kata itu,” kata Yupiter dan dr. Ria Tahun.
Dokter Yupiter menyarankan agar pesien tersebut segera untuk ditangani, jika tidak, kemungkinan pecahnya usus buntu akan berpengaruh ke organ tubuh lainnya.
Penulis: Paul Resi
Editor: Boni Jehadin