Soe, Vox NTT- Kabar penolakan keluarga pasien untuk dilakukan operasi usus buntu terhadap Sila Yandri Mbatu, warga desa Oeuban Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten TTS pada Senin (4/12/2017) memantik tanya besar bagi warga TTS terutama di media sosial.
Yandri Mbatu yang didampingi ibundanya, Adina Sanam saat ditemui di rumah milik salah satu keluarganya di Kobalete Soe, menuturkan bahwa pada Kamis 29 November 2017 sepulang dari sekolah, Yandri mengkonsumsi mangga dan buah kusambi sebelum jam makan siang.
Yandri sendiri baru makan nasi sekitar pukul 15.00 wita.
Sekitar pukul 18.30 wita pada hari itu, dirinya mulai merasa sakit perut yang kemudian disusul muntah hingga mencret. Melihat gejala itu, ibunya membeli obat di salah satu kios untuk mereda rasa sakitnya.
BACA; Istri dan Anak Meninggal, Yafred Nekat Polisikan Dokter dan Bidan RSUD SoE
Karena perutnya masih sakit sejak hari Kamis hingga Senin, akhirnya keluarga memutuskan untuk membaca pasien ke RSUD Soe. Mereka tiba di IGD RSUD Soe sekitar pukul 11.00 wita pada Senin (4/12/2017).
“Sampai di IGD tidak banyak hal yang dilakukan baik oleh perawat maupun dokter selain meraba perut dan mengangkat kaki pesien. Lalu dokter muda bilang Yandri harus dioperasi karena usus buntu dan sudah mau pecah. Kalau tidak, maka 2 jam ke depan Yandri akan meninggal,”kata Mama Mane, salah satu pihak keluarga, menirukan ucapan dokter muda yang tidak ketahui namanya itu.
Mendengar pernyataan dokter muda tadi, keluarga meminta hasil rontgen dan pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan sebelumnya.
“Keluarga minta kalau bisa tunjukan hasil pemeriksaan Lab dan rontgen tapi dokter muda itu tidak bisa tunjukan apa yang kami minta,” lanjut Mama Manek.
Adina Sanam, ibunda Yandri mengakui bahwa anaknya itu sempat dibawa ke ruang radiologi untuk ronsen dan pemeriksaan laboratorium. Yandri saat itu didamping oleh bapaknya.
Namun hasil rontgen tidak ditunjukan kepada pihak keluarga sampai dr. Ani Otu datang dan meminta untuk dilakukan operasi.
Pihak keluarga pun menolak. Keluarga tetap bersikukuh untuk ditunjukan hasil laboratorium dan rontgen terlebih dahulu.
Karena tidak ditunjukan, pihak keluarga pun menolak untuk operasi dan menolak menandatangani surat pernyataan.
“Karena mereka (dokter) tidak tunjukan hasil rontgen dan hasil lab makanya kita tolak untuk dioperasi dan kami tandatangani 2 kali disurat yang dikasih oleh dr. Ani Otu,” jelas Adina dan Mama Manek.
Usai meninggalkan RSUD Soe, lanjut Adina Sanam, Yandri dibawa ke rumah doa persekutuan Agape pimpinan Mama Manek.
BACA: Ini Penjelasan dr. Yupiter dan Ani Otu Terkait Pesien Yandri Mbatu
Di situ, Yandri didoakan oleh Mama Manek yang kebetulan punya karunia penyembuhan. Ritual doa dan pengakuan ini dalam bahasa Timor disebut naketi.
Setelah didoakan, pasien diberi pisang mas dan pepaya masak. Perut Yandri juga disentuh dengan air panas yang diisi dalam botol, lalu diguling-guling di atas perutnya.
Tak lama berselang, Yandri pun mulai mencret dan mengeluarkan biji kusambi yang dimakan sebelumnya.
Keluarga menerangkan, kondisi Yandri memang masih lemas akibat mencret, namun sudah menunjukan tanda-tanda membaik dan sudah bisa bangun dan berjalan sendiri.
Penulis: Paul Resi
Editor: Irvan K