Borong, Vox NTT– Sebas Amir, warga asal Metik, Desa Golo Munde, Kecamatan Elar mengaku kesal dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur (Pemkab Matim).
Pasalnya, hingga kini pemerintah seakan masih membiarkan jalur transportasi ke wilayah Kecamatan Elar dan Elar Selatan rusak berat.
Bahkan setiap kendaraan penumpang yang beroperasi di dua kecamatan itu wajib mengangkut dedak. Lapisan luar butiran beras itu disiram di jalan yang licin agar ban kendaraan bisa melaju.
Bahkan Sebas mengaku, oto cold (truk kayu) dan jenis mobil lainnya yang beroperasi lebih banyak mengangkut dedak ketimbang penumpang jika hendak ke Borong dan Ruteng.
Dikatakan, kondisi jalan di Elar dan Elar Selatan sangat memprihatinkan.
“Jalan rusak sekali bagai kali mati saja, dan tidak bisa disebut jalan lagi. Bayangkan, kalau kami ke Ruteng, mobil penuh dengan dedak. Baik di begasi maupun di dalam mobil. Lebih banyak dedak daripada penumpangnya,” kata Sebas kepada VoxNtt.com saat bertemu di Borong, Kamis (14/12/2017).
Menurut dia, warga dari wilayahnya tak jarang menjerit agar jalan rusak bisa diperhatikan pemerintah. Namun, teriakan mereka seakan tidak didengar. Bahkan diabaikan oleh pemerintah.
“Kami kesal sekali. Mengapa di wilayah lain jalannya bagus. Kami lelah hadapi jalan rusak. Tetapi kepada siapa lagi kami berteriak ketika tidak ada yang mendengar dan memperhatikan kami,” ungkap Sebas dengan nada kesal.
Dia menambahkan, kondisi jalan dari Bea Laing-Watu Nggong-Elar sudah lama rusak. Namun tidak kunjung diperbaiki.
“Coba bayangkan, dari Elar sampai di Ruteng harus tempuh waktu 6 jam. Biaya juga mahal. Itu semua karena kondisi jalan sangat parah. Sampai di Borong dan Ruteng, badan kami terasa sangat capeh dan sakit karena lewat jalan rusak,” tutur Sebas.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Adrianus Aba