Kefamenanu,Vox NTT-Liburan semester bagi sebagian besar pelajar sering dimanfaatkan untuk melepas penat setelah 6 bulan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Tak heran bila musim liburan tiba, banyak dijumpai anak-anak usia sekolah maupun mahasiswa yang memadati objek wisata atau sekadar berlibur ke kampung halaman.
Namun kesempatan bersenang-senang itu dimaknai berbeda oleh Meliana To alias mersi (14), siswi kelas 1 SMP Satap Negeri Kiupunu dan adiknya Semi To alias Semi (12), yang kini masih duduk di Kelas 4 SDN Toenlasi di desa Oelami, kecamatan Bikomi Selatan, kabupaten TTU.
Kedua bocah ini, lebih memilih mengisi moment liburan dengan menjadi pemulung untuk menopang ekonomi keluarga mereka.
Walau ayah kandung mereka Gabriel To telah pergi merantau ke Kalimantan sejak beberapa tahun lalu, namun hingga saat ini belum mengirimkan sepeser pun uang demi menafkahi keluarga. Gabriel pergi meninggalkan 4 orang anak dan istrinya, Imarosita Kefi.
Di jalan samping kantor bupati TTU pada Kamis (04/01/2017), kedua bocah tersebut masing-masing tampak menjinjing 1 karung putih berisi gelas plastik bekas air mineral dan juga kaleng bekas.
Di tangan Mersi juga menenteng 1 kantong kresek yang berisi barang bekas.
Mersi dan Semi yang saat itu mengenakan pakaian lusuh dan kaki beralaskan sandal jepit mengaku sudah menjalani pekerjaan itu sejak 3 tahun lalu.
Mereka hanya menjalaninya apabila masa liburan semester maupun libur hari raya tiba.
“Kami tinggal di Oelami jadi kalau pas libur begini baru datang tinggal di bai (Panggilan bagi kakek mereka) sini biar bisa cari aqua atau kaleng bekas untuk jual karena memang bai tiap hari juga sering pilih-pilih barang bekas untuk jual” tutur Mersi.
“Kami tadi keluar dari rumah jam 7 pagi, dari rumah kami lewat di kantor bupati terus pi (baca: pergi) Tulip baru putar naik kembali lewat Bank terus pulang lewat kembali kantor bupati sini untuk pulang rumah” lanjut Mersi menceritakan titik pencarian sampah hari itu.
Sementara itu Semi, adik Mersi, mengaku barang bekas yang sudah dikumpulkan setelah sampai di rumah akan dipilah lagi antara kaleng bekas dan gelas plastik bekas air mineral.
Usai dipilah barulah digabungkan dengan hasil kerja sang kakek untuk kemudian dijual ke pengusaha pengumpul sampah di Kefamenanu.
“Habis kasih pisah baru gabung dengan bai punya untuk jual di mas Jawa dong, ” tutur bocah yang kaki bagian kirinya tampak cacat lantaran sempat terbakar saat berumur setahun.
Semi menuturkan jika berhasil mengumpulkan dua karung berisi kebanyakan kaleng bisa mendapatkan Rp 50 ribu per hari tapi kalau kebanyakan gelas aqua cuma mendapat Rp 30 ribu saja.
“Nanti kalau sudah mau masuk kembali sekolah baru uang semua kami bawa pulang untu kasih di Mama biar bisa beli kami punya kebutuhan sekolah dan juga untuk beli beras” tuturnya.
Tak Malu
Baik Mersi maupun Semi mengaku tak malu menjalani pekerjaan yang tergolong rendah bagi anak seusia mereka atau anak muda zaman now umumnya.
Selama yang mereka lakukan tidak merugikan orang lain dan dapat membantu ekonomi keluarga tidak ada rasa malu apalagi jijik dengan pekerjaan itu.
Usai bercerita, wartawan media ini dengan menumpang mobil salah seorang wartawan lokal di TTU, mencoba untuk mengajak ke 2 bocah tersebut untuk mengunjungi rumah sang kakek tempat mereka mengumpulkan barang bekas yang sudah dipungut.
Jarak antara kantor bupati sampai ke rumah sang kakek kurang lebih 4 km.
Sesampainya di rumah sang kakek, Norbertus Kefi di RT 04/RW 01 Kelurahan Benpasi, kecamatan Kota Kefamenanu, tampak berkarung-karung barang bekas menumpuk di samping dan depan rumah yang berukuran panjang 3×2 meter tersebut.
Kondisi rumah sang kakek juga tampak memprihatinkan. Rumah berlantai tanah tersebut hanya berisi 1 ruangan tanpa sekat yang digunakan untuk tempat menyimpan peralatan masak sekaligus tempat untuk tidur malam.
Waktu kami berkunjung, kakek Norbertus tak berada di rumah. Dia sementara berkeliling untuk mengumpulkan barang bekas.
Salah seorang tetangga kakek Norberus yang enggan menyebutkan namanya mengaku cukup mengetahui kondisi hidup dari kedua bocah tersebut.
Tetangga mereka mengakui kalau saat liburan tiba, kedua bocah ini sering datang membantu sang kakek mengumpulkan barang bekas.
“Memang kadang ada bantuan tapi itu bukan dari pemerintah, coba pemerintah tolong buka mata untuk lihat kondisi hidup 2 anak ini dan juga bai Nobert” ungkap salah satu tetangga lagi.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Irvan K