Ende, Vox NTT-Inisiatif Pemimpin Pemuda Asia Tenggara atau Young South East Asean Leadership Inisiative (YSEALI) bekerja sama dengan RMC Detusoko membangun agrowisata Detusoko.
Muhammad Arsalan, Team Leader YSEALI pada sela-sela kegiatan Road Show Decotourism di Dusun Wolobudu Desa Detusoko Barat, Kamis, (11/01/2018) menjelaskan Desa Detusoko memiliki pemandangan alam yang luar biasa indahnya.
Desa tersebut dikelilingi oleh perbukitan dan berada di bawah kaki gunung Kelimutu. Selain itu, memiliki hamparan panorama sawah bertingkat.
Arsalan juga menyebutkan, budaya lokal pada wilayah Detusoko masih sangat kental. Namun menurutnya, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya strategi promosi dan packaging pariwisata di Desa Detusoko.
Decotourism atau Detusoko Ecotourism Flores, jelas Arsalan, adalah proyek yang merupakan hasil inisiatif 10 pemuda-pemudi Indonesia Alumni YSEALI (Young South East Asian Leaders Initiative) yang mempunyai mimpi untuk berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan di Indonesia dan membantu pemerataan pembangunan di Indonesia.
“Sebagai proyek percontohan, kami berinisiatif untuk membantu petani dan pemuda di Desa Detusoko, Ende untuk membangkitkan sektor yang menjadi urat nadi bagi masyarakat yaitu pertanian dan wisata. Program ini didukung oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan Kenan Institute Asia,”kata Arsalan.
“Dalam jangka panjang, kami ingin membangun wisata berbasis agrikultur yang ramah lingkungan di Detusoko, bekerjasama dengan RMC Detusoko dan Kelompok Tani Bungalomu. Sehingga para turis yang datang ke Detusoko dapat memaksimalkan pengalamannya dengan berbaur dengan penduduk lokal, berpartisipasi dalam kegiatan pertanian sembari menikmati indahnya pemandangan alam yang disuguhkan di Detusoko,”tambah Alumni Universitas Padjajaran ini.
Ia menjelaskan, masyarakat lokal akan secara mandiri mampu menjalankan industri pariwisata strategis di Flores.
Untuk mencapai tahap itu, pada tanggal 8 sampai 12 Januari 2018, Decotourism yang diwakili oleh Muhammad Arsalan, Khoirun Nisa, Sri Mumpuni, Bertha Lovita Dwi I.P dan Eghileka Rajakopo akan mengadakan Decotourism Workshop untuk membagikan pondasi keilmuan utamanya dalam bidang modern marketing melalui social media (instagram: @decotourism.id dan Halaman Facebook: Detusoko Eco Tourism) dan website (www.decotourism.com).
Standar industri serta yang paling penting pondasi kemasyarakatan ramah wisata untuk memastikan bahwa tujuan untuk mengembangkan agrowisata dapat tercapai dan pada saat yang bersamaan menghadirkan pengalaman wisata yang tidak terlupakan kepada para pengunjung Desa Detusoko.
“Disela-sela pelatihan di atas kami juga akan melakukan school visit, eksplorasi pariwisata sekitar Detusoko, pembentukan destinasi paket dan membangun dan merevitalisasi fasilitas wisata untuk mendukung kegiatan agrowisata. Semoga program ini berjalan dengan lancar dan membawa manfaat dan inspirasi kepada masyarakat luas,”tambah Eghileka Raja Kopo, Field Operation Decotourism.
Sementara itu, Nando Watu sebagai Founder RMC menegaskan, program ini sebagai sebuah langkah awal bagaimana kaula muda membangun dan bisa berkontribusi untuk pembangunan daerah.
Decotourism atau Detusoko Ecotourism Flores, jelas Nando, sebenarnya satu langkah dan aksi nyata menerjemahkan konsep pembangunan Global, Sustainable Development Goals (DGGes) dimana poin 17 dari SDGes adalah Partnership For The Goals dan aplikasi aksi menanggapi ditingkat lokal terkait pembangunan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Dengan ini RMC berkolaborasi dgn Pemuda Asean melalui YSEALI. Pada sisi lain Decotourism sebagai implementasi dari Peraturan Mentri Pariwisata nomor 14 tentang pedomaan destinasi Pariwisata berkelanjutan yg dalamnya peningkatan ekonomi masyarakat lokal sebagai landasan pembangunan mendapat perhatian.
Flores, kata Nando, menjadi prioritas pembangunan pariwisata dan Kelimutu dan Detusoko sangat strategis untuk pembangunan ke depan. Karena itu, dalam hal ini RMC sebagai komunitas kaula muda mencoba bekerjasama dengan berbagai stakehoder untuk menyiapkan masyarakat ditingkat lokal agar bisa memperoleh peningkatan ekonomi masyrakat lokal melalui aktivitas kepariwisataan.
“Karena karakter Detusoko adalah daerah pertanian dan perkebunan. Maka sangat cocok mengembangkan Detusoko dalam payung agrowisata sebagimana sesuai dengan amanah RIPARDA Kabupaten Ende bahwa Detusoko sebagai bagian dari cluster pembangunan pariwisata berbasis pertanian,”beber Nando Watu, Alumni MDC Miami Florida USA.
Penulis: Ian Bala
Editor: Adrianus Aba