Oleh: Markus Makur
Kontributor Kompas.com dan The Jakarta Post
Bupati Manggarai dua periode, Gaspar Parang Ehok (1989-1999) selalu dikenang oleh seluruh lapisan masyarakat Manggarai Raya, Flores, NTT. Pelosok-pelosok yang diretasnya dengan anggaran yang terbatas mampu membuka isolasi di seluruh Manggarai waktu ini.
Ketika kita berkunjung ke pelosok-pelosok dan berjumpa dengan warga di Manggarai Raya, warga selalu menyebut nama mantan Bupati Gaspar Parang Ehok. Walaupun, Manggarai sudah dibagi menjadi tiga Kabupaten (Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur), warga terus bersuara dan mengakui kepemimpinan yang dilakukan Almarhum Gaspar Parang Ehok.
Gaspar Parang Ehok identik dengan jalan yang diretasnya. Bayangkan waktu itu dengan luas Manggarai serta anggaran pemerintah terbatas. Ia mampu mengelola anggaran dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Manggarai dengan prioritas-prioritas yang sangat dibutuhkan warga Manggarai.
Ia mampu memberikan gagasan pembangunan sesuai dengan regulasi kepada Dewan Perwakilan Rakyat Manggarai sebagai penentu anggaran daerah dengan fakta-fakta yang di suarakan rakyat. Ia mampu memberikan argumentasi yang sesuai dengan kenyataan di tengah-tengah masyarakat sehingga lembaga legislatif menyetujuinya.
Alhasilnya, pembangunan infrastruktur dasar jalan diutamakannya. Jalan yang baik untuk menghubungkan satu kampung ke kampung lain, juga ke pusat kota mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan.
Transportasi yang baik mampu menghubungkan satu kampung ke kampung lainnya, juga ke perkotaan untuk menjual hasil bumi masyarakat. Ia tidak memikirkan dirinya sendiri. Ia memikirkan masa depan rakyat Manggarai. Ia, pemimpin bekerja keras dengan kreatif dalam mengelola anggaran sesuai regulasi. Suara rakyat dari pelosok Manggarai ditampungnya dan tidak menunggu lama untuk mengimplementasikannya dengan nyata. Sesungguhnya itu pemimpin yang hebat yang mementingkan kepentingan rakyat banyak.
Sila kelima pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia menjadi misinya untuk membangun Manggarai agar terlepas dari ketertinggalan dan kemiskinan. Ia mengelola roda kepemerintahan Manggarai dengan kemampuannya. Sesungguhnya, pemimpin berikutnya harus belajar dari cara kerja dan tata kelola kepemerintahan yang sudah dirintisnya. Siapa yang tidak mengenal sosok Gaspar Parang Ehok.
Dari berbagai pengakuan lisan dengan bukti nyata diungkapkan secara polos oleh warga Manggarai. Ia tetap sederhana dalam penampilan, tetapi cerdas dalam mengelola jalannya kepemerintahan Manggarai. Zaman itu, Gaspar didorong untuk meretas keterisolasian, mulai dari perbatasan Wae Mokel sampai di Selat Sape. Waktu Ia memimpin Manggarai, luas wilayahnya dua kali luas dari Propinsi Bali. Sulit menemukan model kepemimpinan seperti itu saat ini.
Perencanaan program pembangunnya berpihak kepada kepentingan rakyat. Perencanaan yang dibuat diatas kertas diimplementasikannya secara nyata kepada rakyat.
Ia berada di pihak rakyat untuk menjalankan roda kepemerintahan. Ia meretas dari sudut-sudut wilayah untuk menghubungan dari satu kampung ke kampung lain, juga ke pusat Kota Ruteng. Ia sangat rasional dalam menentukan pilihan pembangunan. Ia mengutamakan pembangunan infrastruktur jalan, bukan berarti yang lain tidak diperhatikan. Memang, ada juga kelemahan-kelemahan dalam mengimplementasikan roda kepemerintahannya. Tapi, fakta berbicara bahwa warga di seluruh Manggarai Raya masih mengakui kehebatannya.
Ia tegas terhadap bawahanya demi memihak kepada kepentingan rakyat banyak. Ia memberikan contoh yang baik dalam mengelola roda kepemerintahannya. Ia tidak berretorika saat berjumpa dengan rakyat. Ia pemimpin yang banyak mendengar suara rakyat. Suara rakyat itu direnungkan lalu diimplementasikan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah zaman itu. Ia sosok pemimpin yang merakyat. Bahkan, kemungkinan waktu itu Ia merangkul kepentingan lawan politiknya. Ia memberikan dan perhatian yang terbai untuk rakyat Manggarai.
Memang, Gaspar Parang Ehok menjadi Bupati Manggarai dua periode dipilih dengan mekanisme melalui lembaga legislatif di Manggarai waktu ini. Gaspar dipilih oleh wakil rakyat melalui jalur Partai Politik waktu itu.
Sebelum meraih kursi kekuasaan di Manggarai, jejak Gaspar Parang Ehok dirintisnya dengan kedisiplinan yang kuat dalam lingkungan keluarganya di Kampung Ruteng Puu. Orangtuanya yang berlatarbelakang petugas vaksin cacar.
Ziarah Hidup Gaspar Parang Ehok
Dalam buku Makna Setapak,Jejak Langkah Membangun Manggarai (editor Kanis Lina Bana), Bab II, bagian 4, Drs. Gaspar Parang Ehok, MRP, (151-158), Willy Grasias (Mantan PNS Manggarai waktu itu), mengangkat tema “Menenun Cinta Meretas Isolasi” menulis biografi singkat ziarah hidup Gaspar Parang Ehok. Gaspar Parang Ehok lahir di Ruteng, 9 April 1947. Sulung dari 16 bersaudara buah kasih dari Bapak Siprianus Ehok dan Mama Ibu Donata
Pendidikan dasar SDK Taga, Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong tamat tahun 1960. Selanjutnya masuk Seminari Santo Pius XII Kisol sampai tamat Sekolah Menengah Pertama, melanjutkan pendidikan Sekolah Atas di SMAK Suryadikara Ende, selanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dengan jurusan Hubungan Internasional.
Mgr Donatus Djagom, SVD, saat sebagai Kepala Sekolah SMAK Suryadikara sudah meramalkan bahwa Gaspar Parang Ehok kelak akan menjadi orang besar karena kecerdasan intelektualnya. Ramalan itu menjadi pemimpin hebat dan besar di Manggarai.
Aktivis PMKRI
Gaspar Parang Ehok memiliki latarbelakang dari aktivis Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia di zaman orde baru. Bukan saja hanya kuliah di Universitas Gajah Mada ditekuninya, melainkan Ia memikirkan masa depannya untuk berpolitik. Salah satu jalan untuk masuk di dunia politik adalah bergabung dengan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia Cabang Yogyakarta untuk mengasah kemampuannya diluar jurusan yang digelutinya di Universitas.
Ia bergabung di organisasi Perhimpunan Mahasisa Katolik Republik Indonesia Cabang Yogyakarta (1970-1972), bahkan dipercayakan menjadi Ketua PMKRI Cabang Yogyakarta zaman itu. Ia mengetahui betul tentang masa depan dirinya melalui politik. Ia mengetahui bahwa untuk meraih impian dalam merebut kekuasaan harus melalui politik.
Waktu itu, setelah gejar sarjana dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Ia kembali ke tanah airnya untuk memulai kariernya melalui lembaga birokrasi. Ia menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kemampuan intelektual yang diatas rata-rata, bahkan Cum Laude disertakan dengan kinerja yang tekun membuat kariernya terus menanjak sehingga akhirnya Partai Politik menaruh hati padanya. Sepertinya sejak kecil, Ia memiliki talenta kepemimpinan. Ia mengasah talenta itu dari satu menjadi berlipat ganda serta hasil yang dicapainya juga membanggakan dirinya, keluarga dan masyarakat luas Manggarai Raya.
Tidak ada cara lain untuk meraih kekuasaan tertinggi di tingkat regional. Sebelum terjun ke politik praktis melalui jalur partai politik, Ia mengasah dirinya dengan melanjutkan pendidikan di Jerman.
Pemimpin Itu Saling Belajar
Beda zaman, beda juga cara pendekatan. Beda zaman, beda juga cara memimpinnya. Setiap pemimpin memiliki kepribadian yang menonjol. Setiap pemimpin memiliki karakteristik dalam mengelola kemampuannya. Setiap pribadi dalam diri pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan. Itu wajar sebagai manusia normal.
Banyak literatur dan pendapat para ahli dan filsuf tentang kemimpinan. Yang sama dari satu zaman ke zaman berikutnya adalah melayani dan mengabdi dengan sungguh dan total kepada kepentingan rakyat banyak.
Penulis memahami bahwa yang utama dari setiap pemimpin adalah berani mengambil sikap tegas, komitmen dengan berbagai regulasi untuk kepentingan rakyat. Pemimpin itu saling belajar dari keberhasilan kepemimpinan sebelumnya sesuai dengan perkembangan zamannya. Pemimpin tidak boleh lemah dalam berargumentasi dengan lembaga Dewan Perwakilan Rakyat sebab segala keputusan politik anggaran ditentukan oleh lembaga rakyat itu.
Lembaga rakyat merupakan kumpulan-kumpulan orang-orang hebat dengan berbagai latarbelakang pendidikan dan pengalamannya. Pertanyaan mengapa rakyat selalu mengakui kehebatan dan pendekatan dari pemimpin sebelumnya?. Mengapa rakyat selalu mengenang nama pemimpinnya walaupun Ia sudah tidak berkuasa lagi?. Mengapa pemimpin sebelumnya berani berargumentasi dengan orang-orang hebat yang di lembaga rakyat itu?.
Pemimpin harus cerdik dengan argumentasi politis agar anggarannya disetujui oleh orang-orang hebat di lembaga rakyat itu. Jika tidak berargumentasi dengan politis maka orang-orang hebat di lembaga rakyat akan mempertimbangkan berkali-kali. Orang-orang hebat di lembaga rakyat adalah diusung oleh Partai Politik (Parpol), jadi orang-orang hebat yang duduk di lembaga rakyat itu adalah orang-orang politik sehingga politik anggaran dengan argumentasi jelas, padat dan sesuai dengan regulasi yang diperjuangkannya.
Seorang pemimpin dikenang sepanjang masa karena keberhasilan-keberhasilan yang berpihak kepada rakyat. Rakyat yang menentukan pemimpinnya, juga rakyat juga yang mengenangnya apabila masa kepemimpinannya berhasil berpihak kepada rakyat.
Seorang pemimpin dengan dorongan magis tidak puas sekadar, kewajiban secara ritual atau menerima status quo, melainkan cenderung gelisah mencari sesuatu yang lebih, sesuatu yang lebih besar (Buku Heroic Leadership, Chris Lowney). Para pemimpin bertekun bukan hanya karena kebanggaan, integritas, dan komitmen pada nilai-nilai mereka. Mereka bertekun karena mereka sekaligus penuh kepercayaan, optimistis, bodoh, dan cukup rendah hati untuk berharap, dan menantikan bahwa biji-biji upaya mereka akan tumbuh mekar dalam waktu, cara, dan tempat yang tidak dapat mereka ramalkan atau kendalikan. Inilah suatu sikap yang mengilhami ribuan guru dalam sistem sekolah yang paling berhasil didunia dan yang menyemangati para guru dan orangtua pada hari ini (Heroic Leadership, Chris Lowney, hal 326).
Masih dalam buku yang sama, Pastor Antonio Vieira, SJ, Seorang Imam Yesuit dari Portugis yang bertugas di Negara Paraguay pada zaman dulu mengungkapkan “para majikan berhias dalam pakaian kerajaan, pada budak berpakaian compang camping dan telanjang; para majikan berpesta, para budak sekarat karena kelaparan; para majikan berenang dalam emas dan perak, para budak lunglai dengan besi-besi. Bahkan, retoris dalam kotbahnya: “ adakah orang-orang ini anak-anak adam dan hawa?. Tidakkah jiwa-jiwa ini ditebus oleh darah kristus?. Tidakkah tubuh-tubuh ini lahir dan mati seperti kita?. Apakah mereka tidak menghirup udara yang sama? Tidakkah mereka dilingkupi langit yang sama? Tidakkah mereka dihangatkan oleh matahari yang sama?.
Ada beberapa hal yang diamati penulis, pertama, pemimpin itu tidak lepas bebas. Jika dalam diri seorang pemimpin memiliki sikap lepas bebas maka segala keputusan dan komitmennya dalam membangun daerah diutamakannya.
Kedua, pemimpin yang sedang berkuasa berani belajar dengan keberhasilan dari pemimpin sebelumnya. Dan juga belajar dari kegagalan-kegagalan dari kepemimpinan sebelumnya. Kegagalan-kegagalan kepemimpinan sebelumnya diisi olehnya demi kepentingan rakyat banyak.
Ketiga, pemimpin itu harus berani mengevaluasi dirinya serta kegagalan-kegagalan yang belum diwujudkan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Kelima, pemimpin itu tidak boleh egois sektoral, sebab pemimpin itu milik seluruh rakyat. Pemimpin berani mengambil resiko ketika Ia memperjuangkan kepentingan dan berpihak kepada rakyat. Keenam, pemimpin yang sedang berkuasa berani mengevaluasi visi dan misinya sesuai dengan tuntutan rakyat.
****-Bersambung-