Borong, Vox NTT- Kehadiran puluhan awak media dan utusan dari Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Elisabet di gubuk HL pada Rabu, 16 Januari 2017 sekitar pukul 11.30 Wita, sempat menyita perhatian warga sekitar.
Kurang lebih ratusan warga dan anak-anak sekolah turut menonton saat para awak media dan utusan dari LKS Elisabet melangkah pelan menuju gubuk orang dengan ganggun jiwa (ODGJ) asal Kampung Wolokolo, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) itu.
Selama dua tahun terakhir, di dalam gubuk panggung berukuran kurang lebih 3×4 meter yang letaknya tak jauh dari rumah saudaranya, pria berumur 36 tahun itu dipasung oleh pihak keluarga.
Kendati dipasung dan tidur sendirian di dalam gubuk, kebutuhan dasar HL tetap disediakan pihak keluarga, termasuk merawatnya.
Pihak keluarga dengan setia menyiapkan makanan dan minuman, termasuk jika sesekali ia meminta rokok.
Di siang hari, ia dirawat dan dijaga ibundanya. Pihak keluarga sengaja membuat satu los kecil dan menyiapkan satu tempat tidur untuk ibunda HL beristirahat siang.
Baca Juga: Dia Butuh Iba Pemkab Matim
Menurut pengakuan keluarga, HL menderita gangguan kejiwaan sudah berlangsung selama 17 tahun. Namun pada tahun 2015 lalu baru dipasung lantaran dia sering meresahkan warga sekitar dan kerap kali menelanjangi dirinya di depan umum.
HL sendiri menderita gangguan kejiwaan pasca dirinya pulang merantau dari Negara Malaysia. Di Negeri Jiran itu, dia bekerja sebagai buruh selama 8 tahun.
Setelah beberapa saat melakukan persiapan, pihak keluarga kemudian membongkar pasung HL dan selanjutnya diantar menuju mobil Avansa bernomor polisi B 1768 KRY. Mobil itu milik LKS Elisabet.
Pengelola LKS Elisabet, Marna Babut mengatakan pihaknya datang untuk membawa HL ke Klinik dan Panti Renceng Mose di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai.
Panti ini merupakan tempat rehabilitasi yang melayani perawatan, pelatihan, pendampingan dan dukungan bagi ODGJ.
Menurut Marna, gerakannya itu untuk melanjutkan program bebas pasung 2019 dari Kementrian Sosial RI.
“Untuk wilayah Borong ini, kami sudah bawa ke Renceng Mose sebanyak tiga pasien. Satu orang sudah pulang karena sembuh. Biasanya target pemulihan tiga sampai empat bulan,” kata Marna.
Sementara keluarga HL, Philipus Anggi kepada sejumlah awak media mengatakan pihaknya sangat bersyukur atas kehadiran para wartawan dan LKS Elisabet.
Dia berharap agar saudaranya itu bisa mendapatkan kesembuhan saat dirawat di Panti Renceng Mose.
“Saya ucapkan terima kasih kepada bapak-ibu yang sudah berusaha mau mengantarkan saudara kami ke Ruteng untuk diobati. Kami tidak bisa membalas budi baik bapak-ibu selain terima kasih. Mudah-mudahan anak kami ini bisa kembali sembuh, meskipun itu hanya ada di tangan Tuhan. Itu rahasia Tuhan,” kata Philipus berharap.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Adrianus Aba