KARENA ENGKAU

Selamat ulang tahun

Wanita hebat-ku!

Jika kata kadang membuat engkau ragu

Dari jauh cukup kutuliskan puisi untukmu

Karena semua orang tau

Pena tak pernah bohong

Dari kalbu yang tulus

cintaku laksana tarian pena

merajut cintamu dan kasihku

 

Engkau hariku….

Yang mengusir gelap di kala fajar

Mereguk embun dengan cahaya lembut

Membangkitkan semangat dengan kehangatan

Cahayamu menelisik tanpa geming

Menembus waktu tanpa ragu

Menemani kalbu penuh syahdu

Menelusuri jalan berliku

Janjikan rindu dalam dawai syukur

 

Dalam waktu kita berpaut

Dihiasi kulum di bibir

Rona senja menyejukan hati

Menyebarkan semerbak romantika

Hingga petang mengecup malam

Mengantar jiwa dalam lelap

Merangkai mimpi-mimpi

Merenda harapan jelang pagi

Hingga kembali hariku

 

Engkau putaran penanda waktu

Lampaui batas cakrawala

Menghunus gelayut mega hitam

Dengan tiang-tiang cahaya

Mengurai  kristal jadi bianglala

Meneropong langit dengan leluasa

Karena engkau  kalbu lebih syahdu

Menggulingkan waktu menyongsong hari baru

Selamat ulang tahun wanita hebat-ku!

#Bajawa, 04 April 2017#

 

KENANGAN KASIH MAMA

Mama, setelah engkau berpulang
Aku selalu bertanya apa kabarmu di sana
Namun engkau tak memberi jawaban
Seperti diammu di penghujung waktu
Dalam mimpi harapku masih menggebu
Namun rinduku hanya kau balas senyum

Aku tahu engkau telah bahagia disana
Sejak engkau meninggalkanku
Sejak engkau menutup mata
Sejak engkau mengatup kulum
Saat itulah kebahagiaan engkau rengkuh
Melebihi bahagia menyambut kelahiranku

Mama, hari-hariku kini tanpamu
Setelah direnggut sang waktu
Tak ada lagi tempat merajut keluh
Tak ada lagi senyum yang sejuk
Tak ada lagi pujian kebanggaan
Tak ada lagi petuah

Mama, aku rindu dekapanmu
Mengalirkan kasih tanpa batas
Aku rindu dering telephon darimu
Menanyakan kapan pulang
Bahkan, aku rindu omelanmu
Ketika langkahku jauh dari asamu

Jauh sudah hari kepergianmu
Namun serasa engkau masih di sini
Dalam kenangan di alur waktu
Sejak engkau menyambut lahirku
Hingga engkau ucapkan selamat tinggal
Dan membawa aku dalam doamu

Kenanganku tak gantikan kasihmu
Sejak dibuahi hingga pintu rahim
Sampai tiba di tanah air fana
Mengasuh dan membesarkan
Mendidik dan membimbing
Membentuk pribadi berilmu dan mandiri

Mama, engkau memberi tanpa menuntut
Engkau membagi tanpa membedakan
Engkau pulang tanpa tuntut balas
Setelah mengalirkan kasih tanpa batas
Setelah berkorban tanpa imbalan
Aku paham sudah diakhir masa

Mama, aku rindu padamu
Betapa kenangan masih membebat
Laksana sungai menuju muara
Aku pun selalu rindu pulang padamu
Merajut kasih memintal kebersamaan
Namun hanya di pusaramu kupautkan kisah

Mama, aku bangga padamu
Engkau beri aku pena memintal ilmu
Mengatur perilaku dari waktu ke waktu
Hingga baktimu purna di jagat fana
Asamu berpaut dalam aras langkahku
Dan, aku kuat dalam doamu disana.**

#Kurubhoko, 26 Mei 2017#

MENYULAM RASA

Jago baru berkokok
Ketika para makhluk bergegas kumandangkan adzan subuh
Menyongsong megah sang fajar baru
Bagai berarak mengantarnya pulang
Menghadap Sang Khalik di penghujung pagi

Dadaku terasa sesak menerawang masa silam
Ketika merakit kenangan hari demi hari
Ketika menyayangi tanpa kata
Ketika mengasihi tanpa henti
Ketika mendidik tanpa menyakiti
Ketika bersabar tanpa lelah
Ketika mengayom bermandi kehangatan

Namun…
Di penghujung suatu masa
Sukma hampa
Harapan lenyap
Bersama redupnya hari petang di ufuk barat
Ketika gelap malam yang pekat menggerayangi
Kami tersadar engkau sudah berpulang

Ayah…
Bawa kami sejenak saja pada masa silam
Menyulam rasa membagi cinta
Mengajari lagi menunggang kuda
Mengasah parang mencari nafkah
Mencangkul tanah leluhur mewarisi generasi
Mendengar kumandang adzan dari kulummu yang lugu
Bertutur santun bertindak lembut
Menyapa setiap insan penuh canda dan tawa

Ayah…
Mata sayu menerawang masa datang
Ketika raga menyatu dengan bumi
Ketika relung hampa tanpamu
Tak ada lagi tempat mengadu keluh
Namun…
Dalam simpul jari anak cucu
Kepada Sang Khalik pemberi hidup
Berpasrah dalam doa dan rasa haru

Ayah…
Ketika engkau berada di tingkap langit kehidupan
Hapuslah air mata
Ringankan langkah
Menuju asa penuh harapan
Dalam dada kami tanam tekad membaja
Mewarisi cinta membara
Kepada anak cucu di masa depan
Selamat berpisah di dunia fana.

#Kurubhoko, 17 Januari 2017 – Sekali lagi untuk Ayah yang sudah berpulang#

Emanuel Djomba, jurnalis dan pegiat literasi di Kabupaten Ngada. Saat ini tengah mempersiapkan antologi puisinya yang berjudul Pulang Ke Rinduku.

Ibu dan Bapak Yang Hidup Dalam Puisi

Oleh Hengky Ola Sura

Redaksi Seni Budaya VOX NTT

Tiga puisi panjang dari Emanuel Djomba edisi pekan ini adalah sebentuk cara berterima kasih kepada sosok Ibu dan Bapak-orangtuanya. Sangat personal memang toh tiga puisi mulai dari Karena Engkau, Kasih Mama dan Menyulam Rasa adalah juga sumbangan penting bagi pembaca untuk ikut mengenang, menghidupi spirit perjuangan orang tua masing-masing yang saya yakin selalu penuh dengan cinta.

Tiga puisi ini adalah tipikal puisi yang menggambarkan sosok orangtua sebagai pekerja keras, berdedikasi dan selalu penuh pengorbanan. Sejatinya sosok istimewah dengan karakter macam bahasannya Emanuel Djomba dalam puisi-puisinya kali ini memang layak untuk dihadapkan pada pembaca.

VOX NTT sendiri telah beberapa kali menerbitkan puisi-pusi dengan tema macam ini, tetapi edisi pekan ini tema macam ini dihadirkan kembali sebagai bagian dari ikut membangkitkan spirit bahwa karakter macam pekerja keras, berdedikasi dan selalu penuh pengorbanan yang tergambar dalam sosok orangtua/bapak dan mama semoga terus hidup juga dalam lingkup sekitar kita.

Ulasan ini memang terkesan lebih kepada telaah tentang kesopansantunan, satu nasehat moral. Lebih daripada itu adalah usaha menumbuhkan semangat dan harapan baru bagi kehidupan kita yang lebih baik, lebih kreatif dan produktif. Paling tidak ditengah gonjang-ganjing kehidupan sosial-politik menjelang pilkada yang cenderung mempertipis harapan, kita butuh semacam sentuhan magis puisi untuk mengenang sosok macam bapak dan mama/orangtua bahwa yang namanya kebaikan, kebenaran selalu bisa diraih jika ada semangat kerja keras, penuh pengorbanan.

Dalam dada kami tanam tekad membaja
Mewarisi cinta membara
Kepada anak cucu di masa depan

Deret kata dari puisi Menyulam Rasa ini semoga jadi pelecut untuk ikhtiar hidup kita. Salut untuk Emanuel Djomba. Satu catatan kecil dari tiga puisi panjang ini adalah ia hadir dengan tanpa menahan semacam imagi pembaca untuk mencari tahu makna terdalamnya. Ia lepas bebas. Dan saya pikir Eman bisa jadi membiarkan semua yang tentang bapak dan mamanya menyeruak bebas. Metafora sebagai kekhasan membahasakan tentang cinta, pengorbanan pun nampak kurang hadir. Lepas dari semuanya puisi-puisi Eman kali ini adalah menghidupkan ibu dan bapak dalam puisi.***