Vox NTT- Politik sejatinya adalah tata kelola hidup bersama untuk menjadikannya layak huni, humanis (manusiawi) dan baik. Sifat humanis dalam politik menjadikan cara-cara kerjanya berwajah simpatik.
Pilkada 27 Juni mendatang di NTT khususnya di Manggarai Timur merupakan bagian dari kerja besar tata kelola kehidupan bersama yang oleh syarat perundang-undangan membutuhkan proses seleksi yang disebut pemilihan kepala daerah (pilkada).
Matim Hebat (humanis, efektif, bersih, aman dan tuntas) mengandung sifat simpatik. Sebagai makhluk simpatik, siapa saja mendambakan sesuatu yang menarik, indah, mempesona dan menghadirkan suasana persaudaraan.
Makanya, Merpati tidak sedang mencari musuh, melainkan saudara. Lima pasangan yang bersaing dalam Pilkada adalah kumpulan saudara-saudari yang kebetulan berjuang dalam gerbong-gerbong berbeda. Tujuannya sama dan satu; perubahan di Manggarai Timur.
Politik simpatik jelas bukan politik pencitraan. Bersemangat membela prinsip-prinsip kemanusiaan menjadi ciri politik simpatik. Kalau pencitraan, pasti hanya sibuk diri merias diri mengejar suka dan sorak sorai pengikut agar tampak populer.
Dalam politik simpatik, etika kehidupan dikemas, dikelola dan diefektifkan. Politik simpatik tidak sekadar menjadi lagu dan puisi, melainkan menjadi tindakan, menjadi praktik yang tegas.
Merpati sedang berada dalam gerakan politik simpatik yang melihat kekuasaan sebagai jalan untuk mengabdi masyarakat, menjadi pelayan bukan raja.
Kekuasaan yang tidak menutup diri dari kritik-kritik yang membangun. Kekuasaan yang mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan tiap pribadi.
Pasangan Merpati pun dengan semangat simpatik wajib mengawal, mengayomi, melindungi dan mengabdi pada kepentingan masyarakat dalam kesederhanaan dan ketulusan (seperti dalam semangat simbol Merpati).
Pemimpin yang kemudian tidak mendominasi melainkan bekerja dalam semangat gotong royong. Pemimpin yang melampaui sekat-sekat hubungan darah, bahasa, dialek, suku, agama dan kelompok modal. Dalam kesadaran batinnya, dia mempraktikan politik tidak secara sempit melainkan sebuah tata kehidupan yang menyeluruh.
Nilai humanis dalam semangat Merpati pun kemudian bermakna sebagai politik yang semakin memanusiawikan manusia. Bahwa tata pemerintahan berikut peraturannya untuk melayani kepentingan masyarakat, bukan sebaliknya menindas yang lemah. Inilah kesejatian diri kita.
Salam dua jari adalah salam Merpati yang bermakna damai. Pilkada bukan melahirkan perpecahan, melainkan penyatuan aneka keberbedaan.
Di sisi lain, salam dua jari bermakna Victory, kemenangan. Merpati datang, Merpati mendengarkan, dan Merpati akan memenangkan hati masyarakat Manggarai Timur. (Tim Media Merpati/M8tim)