Borong, Vox NTT- Entah apa yang dipikirkan dalam benaknya, Regina Mumut tiba-tiba mengaku bersyukur dan berterima kasih saat bertemu awak media ini, Rabu (14/03/2018).
” Tuhan, terima kasih karena engkau sudah mempertemukan saya dengan anak ini (VoxNtt.com). Selama ini saya mencari mereka ini. Selama ini saya bingung, kepada siapa untuk mengadu dan siapa yang membantu menyampaikan keluhan kami. Syukur kepada Tuhan,” ungkap wanita asal Wesang, Desa Compang Wesang, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) itu.
VoxNtt.com memang tak sengaja berdiri di depan rumahnya Rabu pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Saat itu awak media ini datang untuk meliput sebuah kegiatan di Kampung Wesang.
Mama Regina, sapaan akrabnya, tiba-tiba keluar dari rumahnya dan langsung menyampari VoxNtt.com. Ia kemudian mengajak media ini masuk ke dalam rumahnya.
Sesampai di dalam rumah, Mama Regina langsung mempertemukan VoxNtt.com dengan anak perempuannya Karolina Krisa Niken.
Di sebuah kamar, anak bungsu dari pasangan Regina Mumut dan Stefanus Jebarut itu sedang terbaring di atas tempat tidur. Kondisinya memprihatinkan.
Niken memang tidak bisa jalan alias lumpuh sejak 6 tahun lalu.
Anak perempuan kelahiran Wesang, 18 Desember 2012 itu tampak lemah lunglai. Ia tak bisa bergerak bebas seperti anak-anak normal lainnya.
Hari-harinya, Niken hanya terbaring di tempat tidurnya. Ia bahkan tidak berdaya.
Untuk makan saja membutuhkan bantuan orang lain. Tangan dan kakinya sama sekali tidak bisa bergerak. Menurut Mama Regina, Niken menderita lumpuh layu.
Untuk bisa makan sehari-sehari, orangtua Niken menyiapkan susu sachet. Itu pun tidak rutin lantaran kondisi keuangan lemah.
Terkadang ia hanya mengonsumsi air tirisan nasi masakan ibundanya, Mama Regina.
Mirisnya, meski tumbuh gigi, anak bungsu dari tujuh bersaudara itu tetap tidak bisa mengunyah jenis makanan apa pun.
Menurut Mama Regina, saat lahir Niken terlihat normal, tidak ada cacat sedikit pun.
“Anak saya lahir normal pak. Tidak ada cacat. Saya juga merasa kaget dengan kondisinya. Sampai hari ini lumpuh tidak berdaya. Sedih sekali pak. Sampai hari ini belum bisa berdaya. Belum bisa duduk bahkan makan,” ungkapnya.
Mama Regina mengaku, selama ini keluarganya mengalami kendala untuk membeli susu untuk Niken.
Apalagi suaminya juga mengalami cedera tangan, sehingga tidak bisa bekerja untuk mencari uang demi kebutuhan keluarga.
Untuk memeroleh penghasilan, setiap hari suaminya hanya bisa pergi menangkap ikan-ikan dan hewan lain yang ada di sungai terdekat.
Dari hasil tangkapannya dijual ke Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Itu pun kalau hasil tangkapannya banyak. Jika tidak, kerja kerasnya sia-sia.
“Kalau tidak ada uang beli susu, terpaksa kami buat bubur saja untuk anak kami. Dengan begitu, anak kami bisa bertahan hidup,” ungkap Mama Regina.
Mama Regina juga menceritakan bahwa dirinya tidak bisa bekerja karena harus menjaga Niken di rumah.
Setiap hari dia dengan setia menjaga dan merawat anak bungsunya itu.
“Saya tidak bisa ke mana-mana pak. Tiap hari jaga dia terus. Karena tidak ada yang jaga dia,” katanya.
Mama Regina mencurahkan niatnya untuk merawat Niken ke dokter. Namun, karena keterbatasan ekonomi, niatnya untuk menyembuhkan Niken itu tidak pernah terwujud.
Karenanya, Mama Regina sangat membutuhkan bantuan Pemkab Matim dan kepada semua pihak yang peduli dengan kesembuhan Niken.
Pada tahun 2016 lalu, Niken memang pernah mendapat bantuan dari Pemkab Matim sebesar 300 per bulan. Uang itu untuk membeli susu, obat, dan juga pempers.
“Uang itu juga tidak cukup. Karena Niken kencing setiap menitnya,” ungkap mama Regina.
Kata dia, sudah satu tahun berlalu, bantuan per bulan dari Pemkab Matim itu sudah tak ada lagi.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Adrianus Aba