Mbay, Vox NTT-Kabupaten Nagekeo cukup potensial untuk lahan pertanian dan perkebunan.
Tanaman pertanian seperti; padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, sorgum.
Sedangkan tanaman perkebunan seperti; kelapa, kopi, kemiri, cengkih, jambu mete, vanili, coklat/kakao, lada, pala, pinang, talas, jahe, pisang, mangga, pepaya, srikaya, nangka, serta legen/nira.
Sektor-sektor ini merupakan sektor yang bergantung pada cuaca dan iklim.
Hal itu disampaikan oleh ketua Tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Armi Susandi saat menyampaikan hasil penelitian prediksi curah hujan di wilayah Nagekeo dalam update pemodelan prediksi curah hujan, kalender tanam dan kebencanaan iklim 2018 – 2022 yang berlangsung di Pondok SVD Mbay, belum lama ini.
Pemaparan hasil penelitian itu disampaikan dalam forum semiloka yang dihadiri oleh anggota forum Penanggulangan Bencana Daerah Nagekeo yang difasilitasi Yayasan Mitra Tani Mandiri (YMTM).
Susandi mengatakan, mayoritas penduduk bermata pencaharian dari sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
Namun penduduk di Kabupaten Nagekeo selalu dihadapkan dengan masalah kegagalan tanam dan panen akibat kondisi curah hujan yang cenderung berubah dari apa yang dialami di tahun-tahun sebelumnya.
Para petani semakin tidak dapat memahami bagaimana memulai musim tanam, dan jenis tanaman apa saja yang dapat bertahan.
Hal itu karena tidak adanya kepastian kapan musim hujan tiba, seberapa tingginya, dan berapa lama hujan tersebut akan terjadi.
Oleh karena itu membutuhkan suatu penanganan dengan cara pengembangan model proyeksi iklim untuk potensi bencana iklim dan proyeksi masa tanam.
Susandi menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian itu adalah membangun model pola curah hujan bulanan berbasis desa untuk periode Januari 2018 hingga Desember 2022.
Tujuan lain yakni memeroleh gambaran prediksi pola curah hujan tahun 2018-2022.
Lalu, memeroleh gambaran prediksi pola tanam di lahan kering dan memeroleh gambaran potensi bencana terkait iklim, yaitu banjir, longsor, persebaran hama, persebaran penyakit, serta kekeringan untuk periode Januari 2018 hingga Desember 2022.
Menurut Susandi, Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman kondisi iklim.
Wilayah Indonesia bagian timur cenderung memiliki kondisi iklim yang lebih kering daripada di bagian barat.
Musim hujan di wilayah ini lebih singkat, hanya sekitar 4 bulan dalam setahun dengan curah hujan yang rendah.
Nagekeo sendiri kata dia, adalah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki luas 1.416,96 km2. Dia terbagi dalam 85 desa, 15 kelurahan dan 7 kecamatan.
Secara geografis Kabupaten Nagekeo terletak di antara 80 26′ 00”-80 64′ 40” lintang selatan dan 12106’20”-121032’ 00” bujur timur.
Sementara itu, Direktur YMTM Marsel Mau mengatakan, perubahan iklim yang terjadi selama ini bermacam-macam.
Salah satunya adalah bencana kekeringan yang mengganggu sistem pertanian masyarakat.
Untuk itu, YMTM berusaha kerja sama dengan ITB untuk mencari solusi dengan melakukan penelitian dan kajian yang lebih dalam agar bisa mendapatkan solusinya.
“Oleh karena itu, kita mencoba mengerakan pada 25 desa di wilayah Nagekeo kira-kira kapan masyarakat mulai tanam sehingga tidak terjadi gagal tanam atau gagal panen. Kita berharap agar dengan dokumen hasil kajian dari ITB ini menjadi berguna bagi pembangunan di Nagekeo,” ujarnya.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba