Ende, Vox NTT-Teater “Evergrande” yang dipentaskan siswa-siswi Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) Syuradikara Ende pada Sabtu (14/4/2018) berhasil menghipnotis ribuan masyarakat Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT saat menggelar pertunjukkan Teater “Tungku Haram 2” di Lapangan SMAK Santo Ignatius Loyola, Labuan Bajo.
Teater yang dipentaskan dalam durasi waktu satu jam lebih ini kembali mengangkat tema tentang perdagangan manusia (human trafficking) yang tengah marak di Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam beberapa tahun terakhir.
Bupati Manggarai Barat, Agustinus Ch Dula mengatakan, Labuan Bajo menjadi salah satu akses strategis bagi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Kondisi tersebut, menurut Bupati Dula, tidak saja berdampak positif pada bidang pariwisata namun terdapat juga hal negatif termasuk perdagangan manusia.
“Membaca judul teater “Tungku Haram” sepintas menjelaskan dua konteks yang saling bertentangan. Tungku itu ada batu, perapian, sementara haram itu illegal, tidak sah. Manggarai Barat saat ini telah menjadi tujuan pariwisata bahkan salah satu terbaik di Indonesia. Selain banyak hal positif, ada juga sisi yang membahayakan termasuk perdagangan manusia,” kata Dula.
Ia menambahkan bahwa kehadiran Teater “Tungku Haram” di tengah tantangan realita perdagangan manusia merupakan suatu pelajaran sekaligus upaya pembebasan.
“Luar biasa, dalam menghadapi tantangan besar ini, hadir SMA/SMK Syuradikara yang datang membawa pembebasan dan pelajaran yang sangat berarti tentang bahaya perdagangan manusia. Meski di Manggarai Barat belum terdata dengan baik, tetapi secara diam-diam hal ini telah berlangsung di daerah ini yang merupakan daerah tujuan pariwisata,” imbuhnya.
Sementara Kepala Sekolah SMAK St. Ignasius Loyola, Pastor Yerem Bero, SVD menilai bahwa pertunjukkan Teater ini memiliki misi khusus yakni misi kemanusiaan selain sebuah seni pertunjukkan.
Ia mengatakan, seni teater tersebut tidak saja sebagai seni pertunjukan. Tetapi pemaknaan teater mesti menjadi pembelajaran bagi masyarakat.
Kepala Sekolah Syuradikara, Pastor Stef Sabon Aran, SVD yang mengatakan bahwa Teater “Tungku Haram” merupakan implementasi program renstra Provinsi SVD Ende tentang pemberantasan perdagangan manusia.
“Teater Tungku Haram mempunyai implementasi program renstra Provinsi SVD Ende tentang pemberantasan perdagangan manusia. Lembaga SMA/SMK Syuradikara sebagai salah satu sekolah milik Provinsi SVD Ende, kami mendaratkan program ini di tengah masyarakat. Ini adalah juga proses penyadaran kepada masyarakat tentang bahaya perdagangan manusia,” kata Pastor Stef.
Kampanye Tolak Human Trafficking
Pertunjukkan Teater “Tungku Haram 2” yang merupakan edisi lanjutan dari teater “Tungku Haram 1” yang pernah dipentaskan di Ende pada 10 November 2017, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, menyiratkan visi-misi kemanusiaan yakni menentang perdagangan manusia dari bumi Flobamora.
Pastor Johan Wadu, SVD, Sutradara Teater “Evergrande” mengemukakan bahwa di balik teater “Tungku Haram” tersirat makna perlawanan terhadap perdagangan manusia. Hal itu dianalogikan dengan kehidupan keluarga dan realita yang terjadi di tengah masyarakat.
Ia menegaskan bahwa misi kemanusiaan yang dibawanya melalui pertunjukkan teater tersebut yakni berangkat dari panggilan kemanusiaan dan tanggung jawab sebagai pribadi dan juga sebagai imam SVD yang memandang martabat setiap manusia adalah hakikat yang harus diperjuangkan dan dibebaskan dari belenggu ketidakberdayaan termasuk perdagangan manusia.
“Kedua orang tua saya berprofesi sebagai guru. Dari penghasilan sebagai guru, dibelanjakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangan termasuk urusan di dapur (tungku). Itu ibarat tungku halal karena berkat penghasilan yang halal sebagai guru. Sementara ada realita yang terjadi yakni manusia justru dijadikan objek bisnis yang menghasilkan uang termasuk untuk urusan di dapur (tungku). Itulah Tungku Haram karena sesuatu dibelanjakan berkat uang haram menjual sesame manusia. Hal inilah yang menjadi inspirasi teater Tungku Haram ini,” kata Pastor Johan.
Sementara perwakilan Yayasan Persekolahan Santo Paulus (YASSPA), Br. Simplisius Hanafi, SVD menilai perdagangan manusia sebagai kejahatan kemanusiaan yang sudah mengglobal dan butuh tanggung jawab semua pihak.
Perdagangan manusia merupakan kejahatan kemanusiaan yang terjadi secara masif dan sistematis demi kepentingan orang-orang tertentu. Kejahatan ini sudah menggurita. Karena kesadaran akan kejahatan ini, maka SVD dalam Kapitel Jenderal ke-17 tahun 2012 memuluskan usaha perdagangan manusia sebagai salah satu resolusi. Karena itu, usaha pemberantasan perdagangan manusia menjadi suatu komitmen yang mewajibkan bagi anggota SVD di dunia.
Dijelaskan, dalam kapitel Provinsi SVD Ende, usaha memberantas perdagangan manusia menjadi resolusi Provinsi SVD Ende. Usaha penyadaran itu diterapkan dalam berbagai kegiatan termasuk melalui SMA/SMK Syuradikara yang mengimplementasikan resolusi ini dalam bentuk teater Tungku Haram.
“Diharapkan agar dari teater ini, masyarakat disadarkan tentang perdagangan manusia sebagai suatu kejahatan yang harus diberantas, suatu persoalan yang menggurita di mana kita semua bisa jadi korban sekaligus pelakunya, serta upaya pemberantasan yang harus dilakukan secara bersama-sama. Maka, pimpinan SVD Ende meminta agar teater ini tidak hanya dipentaskan di Ende, tetapi juga di kabupaten lain. Labuan Bajo menjadi tempa pertama yang menerima tawaran ini,,”tandasnya.
“Meski persoalan perdagangan manusia sudah marak, namun jujur untuk daerah Labuan Bajo hal itu terkesan masih baru bagi masyarakat. Semoga Teater ini dapat menyadarkan masyarakat untuk mulai mencegah bahaya perdagangan manusia termasuk anak-anak usia sekolah yang putus sekolah yang bisa saja menjadi korban jika tidak disadarkan sejak dini,” ungkap Chelsea Answar, Siswi kelas 3 SMAK Ignasius Loyola usai menyaksikan pertunjukkan teater.
Penulis: GM/Ian Bala
Editor: Adrianus Aba