Mbay, Vox NTT- Eka Hadiyanto, Field Sponsorship Manager Plan International Indonesia Program Implementation Area Flores menyebut Nagekeo merupakan salah satu kabupaten di NTT yang memiliki ancaman bencana dan perubahan iklim.
Berdasarkan kajian cepat yang dilakukan oleh Plan International Indonesia di Nagekeo, kata Eka, ditemukan bahwa kekeringan yang berkepanjangan berdampak pada berkurangnya sumber mata air.
Plan International Indonesia di Nagekeo juga menemukan menurunnya perilaku kesehatan dan kekurangan gizi.
Kondisi ini tentu saja bakal mengurangi kemampuan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim.
“Situasi ini juga terjadi bahkan pada saat situasi normal dan pada tingkat tertentu menyebabkan dampak lanjutan terkait praktik kebersihan masyarakat. Kondisi ini diyakini akan terus terjadi atau bahkan meningkat jika tidak ada intervensi yang dilakukan di semua tingkatan,” kata Eka di Aula Hotel Sasandy Mbay, Jumat (20/04/2018).
Plan International Indonesia Program Area Flores mulai memikirkan serius dalam menghadapi kondisi kondisi ancaman bencana kekeringan dan perubahan iklim tersebut.
NGO ini kemudian melaksanakan pelatihan dasar management kekeringan bagi stakeholder terkait di Kabupaten Nagekeo dan masyarakat dampingan proyek SAYA SIAP di Kecamatan Aesesa dan Aesesa Selatan.
Pelatihan yang bekerja sama dengan Yayasan Flores Sejahtera (Sanres) dalam rangka bersiap siaga menghadapi bencana alam.
Eka mengatakan, proyek SAYA SIAP yang dilaksanakan sejak September 2016 di Nagekeo adalah program pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim yang menitikberatkan pada sektor kritis masyarakat yakni air sanitasi dan pertanian.
Proyek ini utamanya menyasar pada anak-anak dan perempuan sebagai kelompok sasaran.
Serangkaian kegiatan telah dilakukan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, khusus perempuan dan dan anak-anak dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
“Tujuan dari pelatihan yang kita lakukan hari ini juga dalam upaya meningkatkan kapasitas para pihak terkait untuk mengelola kekeringan yang menjadi tantangan utama bagi masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim, yang mencakup upaya mitigasi, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta meningkatkan kerja sama para pihak terkait dalam mengelola kekeringan ini,” jelas Eka.
Dalam kegiatan pelatihan ini juga, lanjut dia, akan melakukan aksi nyata di lapangan dalam rangka memperingati hari bumi tanggal 22 April dan hari kesiap-siagaan tanggal 26 April. Mereka merayakannya dengan kegiatan penanaman pohon waru di sekitar DAS Aesesa Kelurahan Dhawe.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba