Borong, Vox NTT-Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Manggarai mengelar aksi demonstrasi di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor DPRD, dan Kantor Bupati Manggarai Timur, Selasa (08/05/2018).
Aksi unjuk rasa tersebut sebagai bentuk protes atas putusan Kepala Dinas PK Matim, Frederika Soch yang melakukan pemotongan gaji guru THL dari Rp 1.250.000 menjadi Rp 700.000 setiap bulannya.
Ketua GMNI Cabang Manggarai, Martinus Abar dalam orasinya di depan Kantor Bupati Matim menyebut Bupati Yosep Tote mati suri dalam menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi para guru THL.
“Bupati Kabupaten Matim sangat tidak pantas menjadi seorang pemimpin, karena sudah berkali-kali mahasiswa bersama masyarakat melakukan aksi unjuk rasa memperjuangkan nasib guru THL akan tetapi bupati selalu tidak berada di tempat. Sehingga tidak pernah didapatkan penjelasan yang terkait nasib Guru THL,” tegas Abar.
Dalam orasinya pula, dia memberikan peringatan keras untuk Bupati Tote. Kata dia, apabila tidak mencopot Kadis Frederika dari jabatannya, maka GMNI akan melakukan aksi lagi dengan massa yang lebih banyak dengan menduduki Kantor Bupati Matim.
Ancaman itu juga disampaikan sebagai bentuk dukungan terhadap rekomendasi Komisi C DPRD Matim beberapa waktu lalu, di mana salah satu poinnya meminta Bupati Tote segera mencopot Kadis Frederika dari jabatannya.
Lambannya Bupati Tote dalam menyikapi kisruh guru THL ini membuat Abar menduga telah terjadi konspirasi besar. Itu terutama antara Bupati Matim dengan Kadis PK Matim.
“Konspirasi tersebut sangat sangat jelas dengan tidak segera ditindaklanjutinya rekomendasi pencopotan tersebut,” tegas Abar.
Selanjutnya, Abar menegaskan sudah 10 tahun Kabupaten Matim terbentuk menjadi daerah otonomi, tetapi di bidang pendidikan masih sangat tertinggal.
Kendati masih tertinggal, namun kebijakan Kadis PK Matim justru tidak berpihak pada kesejahteraan guru THL sebagai salah satu tulang punggung keberhasilan dalam dunia pendidikan.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Adrianus Aba