Oleh: Evan Lahur*
Hari Kamis, 3 Mei 2018 merupakan hari bersejarah bagi persepakbolaan Manggarai. Jika anda bertanya mengapa?Saya membangkitkan memori anda tentang perjalanan panjang perkembangan sepak bola Manggarai sejak periode awal tahun 2000 an hingga saat ini.
Pertanyaan balik dari saya ialah, pada tahun berapa persepakbolaan Manggarai menjadi yang terdepan atau mencapai titik puncak? Saya yakin kita semua akan mengarah kepada momen tahun 2005 ketika Persatuan Sepak Bola Manggarai (Persim) menjuarai El Tari Memorial Cup. Manggarai Timur pun demikian pada tahun 2016 menjadi Runner Up Piala Gubernur dan juga Manggarai Barat yang pada tahun 2013 menjadi juara El Tari Memorial Cup.
Jika momen tersebut kita jadikan sebagai batasan ingatan kita saja, maka saya wajib meyakinkan kita sekalian untuk menyadari bahwa ada momen yang telah tercipta di dunia persepakbolaan Manggarai. Momen bernama Sekolah Sepak Bola (SSB) Santo Aloysius Ruteng.
SSB Santo Aloysius Ruteng
Sebelum penulis melangkah lebih jauh, kiranya para pembaca sekalian mengetahui perbedaan mendasar antara SSB dan akademi sepak bola. Portal berita Indosport.com menjelaskan perbedaan antara dua hal ini. Jika ditelaah dari segi arti, akademi sepakbola merupakan lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan olahraga sepakbola dari anak usia dini, mulai dari 6-17 tahun.
Pembelajaran di akademi sepakbola mulai dari segi taktik, teknik pengolahan bola, keterampilan individu, kerjasama tim, sampai pada teknik pernapasan dan kecepatan dalam dribbling. Output dari akademi sepakbola sudah pasti untuk melahirkan bakat sepakbola untuk bisa menjadi pemain profesional di usia 18 tahun hingga mendapat kontrak dari klub profesional.
Timo Scheunemann menambahkan pula bahwa yang paling utama di akademi sepak bola ialah tidak mengeluarkan uang dan sumber pendanaan akademi bukan dari siswa sehingga akademi bebas memilih pemain secara ketat.
Sedangkan sekolah sepak bola memiliki pengertian yang tak jauh berbeda dengan akademi sepak bola. Namun yang jadi perbedaan jelas keduanya ialah soal biaya. Timo menyebut pula jika akademi sepak bola memiliki seleksi yang ketat untuk menjaring pemain maka di SSB tidak seperti itu. Siapa yang mampu membayar iuran yang telah ditetapkan maka sudah pasti masuk dalam SSB.
Di sejumlah negara berkembang seperti di Indonesia, SSB jadi alternatif jika ada bakat muda yang memiliki kendala saat masuk ke akademi klub. Dari dua pengertian ini kita dapat menempatkan pemikiran kita pada posisi yang tepat untuk mendefenisikan tentang SSB Santo Aloysius Ruteng. Artinya dari penempatan posisi yang tepat ini, kita pun dapat merancang strategi yang tepat pula dalam keikutsertaan dalam memajukan sepak bola usia muda baik di tingkat akademi maupun sekolah sepak bola.
SSB Santo Aloysius sendiri pada akhirnya akan berdiri sejajar dengan beberapa kota lain di NTT yang telah memiliki SSB seperti SSB Bali United Kristal Kupang di Kupang maupun SSB Bintang Timur Atambua di Atambua.
Pada Kamis, 3 Mei 2018 bertempat di lapangan sepak bola Santo Aloysius milik Komunitas Bruder CSA secara resmi SSB Santo Aloysius berdiri. Menariknya yang meresmikan SSB Santo Aloysius ini adalah Bupati Manggarai, Deno Kamelus.
BACA: Liga Pelajar Kemenpora di Belu Sudah Mulai Berjalan
Peresmian SSB Santo Aloysius juga sekaligus menandai dimulainya secara resmi Event Aloysius Cup II. Ratusan anak berusia sekitar 10 tahun memadati kompleks komunitas Bruder CSA. Tak lupa pula orang tua dari masing-masing anak yang bertanding menunggu dengan sabar anak-anak mereka selesai bertanding. SSB Santo Aloysius pun mencetak sejarah sebagai SSB pertama di kabupaten Manggarai bahkan di dua kabupaten lainnya Manggarai Barat dan Manggarai Timur. Tentunya sejarah inilah yang akan dikenang sebagai pemicu perkembangan sepak bola Manggarai ke arah yang lebih baik.
Prospek SSB Santo Aloysius
Bagaimana prospek SSB Santo Aloysius ke depan? Atau bisa jadi pertanyaan berikutnya, apakah SSB Santo Aloysius akan bertahan ke depan? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan kegelisahan awal yang mengiringi perjuangan SSB Aloysius untuk menghidupi dirinya.
Namun demikian, penulis melihat sisi lain dari kehadiran SSB Santo Aloysius ini. Sisi lain ini berupa optimisme untuk terus berkembang ke arah yang lebih baik secara khusus memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sepak bola Manggarai.
Ada beberapa hal yang mengiringi optimisme ini. Pertama, kehadiran Bupati Deno Kamelus yang didampingi Ketua Harian KONI Kabupaten Manggarai Martinus Apri Laturake memberi kepastian adanya dukungan pemerintahan daerah. Artinya pihak swasta dan pemerintah mulai berjalan berdampingan. Pengalaman selama ini, gerakan sepak bola tidak mudah jika digerakkan oleh satu pihak saja. Sehingga kehadiran pemerintah daerah dalam peresmian SSB Santo Aloysius yang lalu menjadi sinyal jelas dalam hal dukungan pemerintah.
Kedua, kehadiran SSB Santo Aloysius ibarat pemicu lahirnya SSB lainnya di kabupaten Manggara. Artinya, kehadiran SSB lainnya akan melengkapi idealnya pembinaan sepak bola usia muda di Manggarai. Tentunya para penggiat sepak bola yang ingin mendirikan SSB dapat belajar manajemen pendirian SSB dengan pengelola SSB Santo Aloysius.
Ketiga, kehadiran ratusan pendaftar di SSB Santo Aloysius mengisyaratkan perubahan pola pikir para orang tua tentang sepak bola usia muda. Artinya para orang tua sudah mulai berpikiran terbuka bahwa sepak bola bisa menjadi media edukatif pembentuk kepribadian sang anak. Bisa jadi pun kehadiran SSB Santo Aloysius membuka pikiran kita orang Manggarai bahwa sepak bola bisa menjadi salah satu opsi karir di dunia kerja. Toh mimpi kabupaten Manggarai untuk memiliki perwakilan pemain di tim nasional sepak bola Indonesia pun mulai hadir kembali.
Perjalanan masih panjang akan tetap langkah pertama telah dilakukan oleh SSB Santo Aloysius. Untuk menjaga langkah yang telah dimulai ini. Penulis memiliki beberapa pikiran visioner yang bisa menjadi opsi pikir dan tindak bagi SSB Santo Aloysius sendiri dan bagi seluruh penggiat sepak bola di Manggarai.
Kesatu, pola hubungan pemerintah dan swasta diharapkan untuk tetap dijaga. Kehadiran Bupati Deno Kamelus menjadi sinyal harmonisnya hubungan dua pihak ini. Banyak manfaat lanjutan yang bisa dirasakan ke depan. Salah satu manfaat tersebut ialah perhatian pemerintah terhadap infrastruktur dasar sepak bola misalkan lapangan.
Terkait lapangan ini penulis berpikir perhatian terhadap altar sepak bola Manggarai yakni Stadion Golo Dukal bisa menjadi tempat tujuan pertama perhatian tersebut diarahkan. Bisa jadi juga pemerintah menggalang sebuah gerakan “Satu kelurahan satu lapangan sepak bola ukuran mini”. Tentunya lapangan ini bisa menjadi tempat latihan bagi anak-anak kecil maupun usia muda.
Kedua, SSB Santo Aloysius harus menyadari bawah langkah pertama kali ini sangat menentukan. Untuk itu target capaian di setiap program kerja. Untuk poin kedua ini penulis tidak akan masuk ke dalam ranah teknis pogram latihan dari tim pelatih. Akan tetap yang penulis ingin soroti ialah target capaian di dua sisi yakni apakah kehadiran SSB Santo Aloysius untuk mengejar prestasi ataukah sebagai sarana pemberdayaan bagi anak-anak muda kota Ruteng dan Manggarai pada umumnya? Dua hal ini tentu akan berjalan beriringan.
Di satu sisi target prestasi adalah lumrah bagi setiap SSB namun lebih dari pada itu manfaat tersirat yang muncul dari kehadiran SSB Ini misalnya semakin berkurangnya permasalahan sosial di kalangan anak muda pun tidak dapat kita lupakan begitu saja. Bagi penulis, pengelola SSB Santo Aloysius harus mampu mendamaikan dua hal ini sebagai bagian dari visi besar SSB Santo Aloysius itu sendiri.
Ketiga, SSB Santo Aloysius harus mampu membentuk dan menjalankan struktur organisasi ala sepak bolanya dengan baik. Tentunya struktur ini dibentuk berdasarkan kebutuhan bukan keinginan dari beberapa pihak. Lebih lanjut orang-orang yang mengisi tugas dan tanggungjawab di setiap susunan kepengurusan ini merupakan orang-orang yang ahli dibidangnya. Tentunya struktur organisasi SSB berbeda dengan struktur organisasi lainnya misalkan organisasi kemasyarakatan, komunitas anak muda, organisasi berbagasi gereja maupun berbasis pemerintah.
Keempat, penulis berpikir SSB Santo Aloysius ini bukan milik komunitas Bruder CSA semata namun milik masyarakat Manggarai pada umumnya. Untuk itu maka kita semua memiliki tanggung jawab untuk menghidupi SSB Santo Aloysius ini. Target jangka panjangnya ialah denyut nadi sepak bola Manggarai akan berdenyut kembali khususnya di bidang pembinaan sepak bola usia muda.
SSB Santo Aloysius telah memulai perjalanan panjang denyut nadi perkembangan sepak bola Manggarai. Secara tersirat kita diajak untuk mengambil peran kita masing-masing dalam mendukung perkembangan sepak bola Manggarai. Bisa saja langkah yang kita ambil ialah mendirikan SSB di tempat kita masing-masing sehingga turnamen antar SSB bisa digelar di Manggarai. Toh, kita sendiri yang bisa menentukan langkah kongret yang bisa kita lakukan bersama dalam mendukung perkembangan sepak bola Manggarai. Mari kita bergandeng tangan dalam memajukan sepak bola Manggarai. Kapan lagi kalau bukan sekarang siapa lagi kalau bukan kita. Jaya selalu sepak bola Manggarai.
*Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Pemerintahan Desa STPMD “APMD” Yogyakarta, Anggota Inter Milan Club Indonesia (ICI) Regional Ruteng, Flores NTT