Ende, Vox NTT-Jurnalis senior asal Ende, Nusa Tenggara Timur, Beni Hendrik tutup usia pada Kamis, (17/5/2018) di Maumere. Beni meninggal dunia karena mengidap sakit struk dan penyakit gula.
Menurut riwayat, Beni mengalami sakit sama kedua kalinya. Terakhir ia kembali jatuh sakit pada pertengahan 2017.
Beni Hendrik yang meninggal di usia 64 tahun memang dikenal dengan jurnalis investigator. Itu dibuktikan pada beberapa media yang digeluti mulai dari surat kabar mingguan Dian, Pos Kupang, Fajar Bali, Surya Flores hingga terakhir di surat kabar minggu Expo NTT.
Menurut Wartawan Surat Kabar Harian Victory News, Son Bara, bahwa Beni Hendrik merupakan sosok jurnalis yang tekun dengan pemberitaan investigasi.
Son mengatakan, Beni Hendrik sudah bergelut di dunia jurnalis sekitar tahun 1982. Itu ia mulai bergabung dengan koran Dian.
“Itu yang dia (Beni) cerita ke saya. Saya belajar banyak dari dia,” katanya.
“Awal saya kenal dia itu, dia bilang, saya sudah punya kader (wartawan) baru. Itu yang saya ingat,” sambung Son.
Son menceritakan, Beni Hendrik mulai menulis dengan menggunakan mesin tik. Kemudian, tulisan itu Beni kirim melalui Fax.
“Waktu tempat itu, dia mengirim semua naskah lewat Fax. Dia (Beni) cerita, waktu itu memang para wartawan banyak kesulitan apalagi pada masa orde baru,” kata Son.
Sosok Beni, jelas Son, sangat diterima di semua kalangan. Selain jurnalis humoris, Beni juga dikenal sangat prinsip.
“Dia orangnya simpel, santai, keras dan emosional. Banyak sekali yang dia bantu,” katanya.
Selain bergelut di dunia jurnalis, Beni Hendrik juga hobi di dunia sepak bola. Ia dan beberapa teman lain juga pernah membentuk klub sepak bola di Ende yaitu klub Ende United.
Terakhir Beni membentuk klub BBC dan Loyas FC.
“Dia hobi di olahraga sepak bola juga. Klub GG pertama yang menjadi favorit dia. Rumahnya menjadi tempat berkumpul untuk bahas bola. Siapapun di Ende yang hobi bola pasti tahu,” kata Son Bara yang mangaku pernah bersama Beni mengurus bola di Ende.
Sementara sosok Beni di mata wartawan Flores Pos, Wily Aran adalah Beni dikenal sebagai wartawan yang beretika. Selain berpenampilan rapi, Beni disebut sebagai wartawan yang menjaga etika pers.
“Dia selalu berpesan, jadi wartawan harus rapi dan bersepatu. Ia sangat menjaga etika termasuk mengisi buku tamu pada setiap kali ke beberapa instansi,” kata Wily.
Wily bercerita sosok Beni yang homuris dan bergaul dengan siapa saja. Beni juga kerap merangkul wartawan lain untuk bersharing tentang jurnalistik.
“Saya pernah bertanya ke dia (Beni), sampai kapan berhenti menulis. Dia bilang sampai kaki dan tangan tidak bisa bergerak,” kata Wily, di akhir perbincangan.
Penulis: Ian Bala
Editor: Adrianus Aba