Mbay, Vox NTT- Pada 27 Juni 2018 mendatang, rakyat di Provinsi NTT khususnya di Kabupaten Negekeo melaksanakan Pilkada serentak.
Menyambut pesta rakyat tersebut, tokoh agama dan politisi di Kabupaten Negekeo menginginkan pelaksanaan Pilkada berjalan tanpa ujaran kebencian dan berita bohong atau hoax.
Wakil Vikjen Kevikepan Ngada-Bajawa, Pastor Dominikus D. Dowa, Pr mengatakan, ada dua tantangan yang selama ini menonjol dalam menghadapi Pilkada serentak Juni mendatang. Keduanya yakni; ujaran kebencian dan hoax.
Pastor Dominikus menjelaskan, tensi sosial politik menjelang pemilihan yang terhitung tinggal sebulan lagi semakin memanas, dimana mulai terjadi disharmonisasi sosial yang cukup mengkhawatirkan.
Kondisi yang seperti ini, lanjut Dominikus, perlu diredam. Sehingga pelaksanaan pesta demokrasi bisa bermartabat dan integritas.
“Jangan karena kita nafsu dan emosi mencari kekuasaan akibatnya kita melakukan hal apa saja,” ujarnya saat ditemui awak media di rumah Pastoran Paroki Danga, Senin (28/05/2018).
Pastor Paroki Danga itu menjelaskan, sistem demokrasi yang sedang berjalan saat ini masih menunjukkan politik ketokohan, dibandingkan dengan gagasan dan program.
Selain itu, para tim sukses juga selalu menciptakan suasana yang tidak nyaman. Hal perlu diperhatikan secara baik oleh pihak penyelenggara dan aparat penegak hukum.
“Terkadang hoax dan ujaran kebencian seringkali muncul oleh para tim sukses. Hal ini yang merusak keharmonisan sosial. Hal ini perlu kita sama-sama menjaga netralitas dan harus kita hindari dua persoalan besar,” tandasnya.
Terpisah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Nagekeo, Yunus Mana Tima mengatakan, ujaran kebencian dan hoax harus dilawan secara bersama-sama.
Menurut Yunus, perlawanannya tidak bisa orang perorangan ataupun aparat penegak hukum saja.
“Jangan sampai kontestasi politik mengorbankan daerah dan Negara akibat ujaran kebencian dan hoax,” katanya.
Yunus menambahkan, para elite maupun simpatisan parpol tak melakukan kampanye hitam lewat berbagai media demi menjatuhkan pihak lawan.
Sebab itu, Yunus meminta masyarakat agar tidak gegabah dalam mendistribusikan informasi berantai yang mengandung unsur pelecehan terhadap suku, agama, ras dan golongan.
“Pihak aparat Kepolisian Republik Indonesia harus cepat melakukan tindakan secara tegas jika menemukan informasi ini,” pintanya.
Hal senada disampaikan pula Wakil Ketua DPRD Nagekeo, Kristianus Dua Wea.
Ditemui awak media di ruang kerjanya, Senin siang, Kris berpesan kepada para tim sukses, para elite politik, dan tokoh-tokoh masyarakat untuk lebih bersikap dewasa dan bijak dalam berpolitik.
Politisi Partai Golkar ini berharap agar para elite-elite politik dan tim sukses harus menujukkan sikap-sikap yang membawa kedamaian di masyarakat. Bukan memancing tensi politik, bahkan konflik di antara masyarakat.
Kris juga berharap masyarakat harus mewaspadai upaya-upaya adu domba yang mulai bermunculan menjelang pemilihan.
“Sebagai pimpinan DPRD dan juga sebagai Sekretaris Partai Golkar Kabupaten Nagekeo, meminta kepada pihak aparat Kepolisian Republik Indonesia untuk bersama-sama menjaga pesta demokrasi yang sedang berjalan secara baik, aman dan nyaman, serta perangi hal-hal yang sifatnya ujaran kebencian dan hoaks di tengah pesta demokrasi sekarang ini,” katanya.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba