Bajawa, Vox NTT-Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Ngada dikukuhkan di Aula SMAK Regina Pacis Bajawa, Selasa (05/06/2018).
Pengukuhan itu dilakukan oleh Ketua Agupena wilayah Provinsi NTT, Thomas A. Sogen.
Hadir pada kesempatan itu Sekretaris Dinas Pendidikan Ngada Gregorius Keo Molo, Pembina Agupena Ngada yakni Romanus Rinu dan Petrus E. Y. Ngilo Rato, jajaran pengurus dan sejumlah guru-guru di kabupaten itu.
Pelaksanaan kegiatan pengukuhan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Wilayah Provinsi NTT Nomor 15/AGUPENA NTT/III/2018 tertanggal 24 Maret 2018 tentang pengesahan pengurus Asosiasi Guru Penulis Indonesia Cabang Ngada.
SK tersebut merujuka pada Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 23/2003 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang jabtan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Komposisi pengurus yang dikukuhkan sejumlah 15 orang.
Mereka ialah dewan penasehat, dewan pembina, ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara dan seksi-seksi.
Ketua Agupena Wilayah Provinsi NTT Thomas A. Sogen dalam sambutannya mengatakan, pemerintah beberapa tahun terakhir mulai serius memperhatikan nasib para guru.
Perhatian itu mulai dari kesejahteraan dengan mengucurkan dana miliaran rupiah untuk membayar tunjangan profesi guru hingga memperbaiki regulasi tentang kenaikan pangkat guru.
Regulasi ini diharapkan dapat mengantar guru menjadi lebih profesional dari waktu ke waktu dan pengembangan keprofesiannya berkelanjutan.
Hal tersebut mencakup aspek pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
Berbeda dengan ketentuan sebelumnya berdasarkan Keputusan Menpan Nomor 48 Tahun 1995, hanya guru golongan/ruang IV/a yang diwajibkan untuk membuat karya tulis ilmiah. Akibatnya, guru golongan IV/a menumpuk.
Data Kemdikbud 2014, misalnya, guru golongan IVb di NTT baru 15 orang. Jumlah terbanyak ada di golongan IV/a.
Berbeda dengan saat ini. Guru sejak dini yaitu golongan III sudah dituntut membuat karya tulis ilmiah.
Di dalamnya ada yang wajib seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk guru golongan III ditambah artikel ilmiah di majalah/jurnal untuk golongan IV.
Thomas menambahkan, PTK wajib karena isinya adalah pekerjaan sehari-hari para guru, pembelajaran dan seluk beluknya.
Guru profesional tentu mengetahui secara persis masalah pembelajaran.
Masalah tersebut coba dicarikan solusi sehingga bisa diatasi.
Pembelajaran dengan penerapkan solusi tersebut lalu dikapling ke dalam siklus-siklus, itulah PTK.
Begitupun PTS yang dilakukan oleh para kepala sekolah dan pengawas sekolah.
“Jika dulu kita harus mengusulkan ke Jakarta untuk naik golongan/ruang IV/b, sekarang sudah dilimpahkan ke kabupaten/kota masing-masing. Birokrasi sudah dipangkas menjadi lebih pendek,” ujar Thomas.
Menurutnya, meskipun wajib, namun PTK bukan satu-satunya karena masih ada jenis publikasi ilmiah lain dan karya inovatif yang bisa menambah pundi-pundi angka kredit bagi guru, termasuk antologi cerpen dan puisi.
“Saya menyampaikan apresiasi yang tinggi bagi saudara/adik guru muda di Ngada yang sudah memiliki beberaka karya termasuk yang rajin menulis di media masa. Terima kasih saya sampaikan untuk teman-teman media yang berperan dalam hal ini sehingga karya-karya guru kian “getar membahana” ke seluruh persada Flobamora dan bahkan Nusantara tercinta,” katanya.
Di akhir sambutannya, Thomas menitipkan beberapa poin penting kepada pengurus yang baru dilantik.
Pertama, progam kerja pengurus sedapatnya menyentuh kebutuhan dasar guru yakni bagaimana menghasilkan karya tulis yang berhubungan dengan tupoksi guru.
PTK, artikel ilmiah dan artikel ilmiah populer.
Carikan cara agar guru bisa memahami cara merencanakan PTK, melakukan penelitian dan menuliskannya dalam bentuk laporan kemudian disadur ke dalam bentuk artikel ilmiah untuk jurnal atau tulisan ilmiah populer.
“Khusus hal terakhir saya salut karena sudah ada semacam kerja sama dengan media lokal yang ada,” tandas Thomas
Kedua, kata dia, Agupena ini sudah dibangun dengan susah payah.
“Coba tanya pak ketua bagaimana dia menghimpun teman-teman ketika awal hendak membentuk cabang di sini,” pungkasnya.
Sebab itu, dia meminta agar menjaga kekerabatan dan keharmonisan antara anggota sehingga tidak ada yang terceraiberaikan.
“Yang sudah terkumpul semoga tetap menjadi satu sampai kapanpun. Di Agupena ini semua anggota sama sebagai anggota,” ujar Thomas.
Agupena, jelas Thomas, adalah kumpulan guru-guru yang kebanyakan mau belajar menulis, bukan kumpulan penulis-penulis hebat.
Dia mengharapkan agar sedapatnya berbagi dengan teman-teman lain sehingga pada akhirnya semua bisa menulis, melaksanakan tupoksi guru dengan baik, mengembangkannya dalam kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Dia mengingatkan, karya inovatif lebih cendrung pada eksplorasi diri, ekspresi jiwa dan batin untuk bisa menambah pundi-pundi, baik uang maupun angka kredit.
Ketua Agupena Cabang Ngada Ignasius Sabinus Satu dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukur tak berhingga dengan kehadiran Agupena di Ngada.
Menurut Ignasius, kehadiran Agupena ini sebagai wadah guru bisa saling belajar satu sama lain, terlebih khusus soal peningkatan kualitas dan kapasitas guru-guru.
Kehadiran Agupena membantu kemajuan pendidikan di Kabupaten Ngada.
Dengan adanya Agupena, Ignasius bercita-cita suatu ketika guru-guru Ngada menghasilkan karya, misalnya melalukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk memperbaiki proses pendidikan yang salah.
Penelitian itu kemudian dibuat dalam laporan PTK, jurnal pendidikan, buku ilmiah, antologi puisi, antologi cerpen dan karya-karya lain yang berkaitan dengan guru untuk perkembangan dan kemajuan pendidikan di Ngada.
Kata dia, Agupena menjadi motor gerakan literasi guru-guru Ngada, gerakan katakan dengan buku, gerakan simpul pustaka Ngada.
Ignasius menambahkan, sebagai program awal Agupena Ngada akan menggelar kegiatan workshop kepenulisan PTK bagi guru-guru di kabupaten itu.
Terpisah, Kadis Pendidikan Ngada melalui Sekretarisnya Gregorius Keo mengapresiasi langkah-langkah guru-guru muda Ngada dalam merespon mandat dari pengurus Agupena Wilayah NTT.
Goris mengimbau pengurus yang baru dibentuk segera menyusun program kegiatan, kemudian disinergikan dengan program Dinas Pendidikan demi penguatan pendidik dan tenaga kependidikan Kabupaten Ngada.
Goris menjanjikan Dinas Pendidikan Ngada akan terus memantau dan membantu Agupena dalam hal menghubungi pihak-pihak yang bisa mendukung program-programnya. Hal ini tentu saja demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Ngada.
Berikut Komposisi dan personalia Pengurus Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena)
Cabang Kabupaten Ngada Periode 2018 -2021
Dewan Penasehat:
1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ngada
2. Romo Ketua Yayasan Persekolahan Umat Katolik Ngada
Dewan Pembina:
1. Romanus Rinu
2. Petrus E. Y. Ngilo Rato
3. Romo Nani Songkares
Ketua: Ignasius Sabinus Satu
Wakil Ketua: Lusia Y. Meme
Sekretaris: Bonefasius Zanda
Wakil Sekretaris: Flavianus Rato
Bendahara: Rufina Makriuna Was Lalu
Seksi-seksi :
a. Pendidikan dan Pelatihan:
1. Laurensius Gili
2. Jayanto Ago Loke
b. Dokumentasi dan Publikasi:
1. Edmundus Kadju
2. Yohanes Vianey Manek
3. Leonardus Wou
c. Hubungan Masyarakat:
1. Emanuel Loke Dhiu
2. Hendrikus Agustinus Wou
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba