Larantuka, Vox NTT- “Menjadi seorang pemimpin tidak langsung jadi. Tidak instan. Butuh proses dan belajar yang terus menerus. Pemimpin tidak dilihat dari siapa yang berpendidikan tinggi pun bukan bagi siapa yang memiliki strata sosial teratas dan kaya, tetapi ia yang terus berlatih. Mengalami langsung, bagaimana rasanya memimpin.”
Filosofi inilah yang menginspirasi orang muda Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Flores Timur yang tergabung dalam Karang Taruna Karya Baru Lewoblolo, menggagas Kegiatan Latihan Kepemimpinan Dasar (LKTD) dan Latihan Keterampilan Kerajinan Tangan (LKKT).
Kegiatan ini dilangsungkan selama 4 bulan terhitung sejak Bulan Agustus sampai akhir Desember 2018.
Karang Taruna yang sudah berusia 38 tahun pada 17 Juli 2018 yang lalu ini, mengawali kegiatan LKTD dengan mengundang dua (2) narasumber dari Agupena Flotim, Maksimus Masan Kian, dan Agusallim Bebe Kewa.
Kedua narasumber ini membuka rangkaian kegiatan LKTD dan LKKT, Jumat malam (03/08/2018). Selanjutnya kedua narasumber memberikan gambaran umum seputar Kepemimpinan Tingkat Dasar meliputi public speaking (debat, pidato dan teknik membawa acara), teknik berdiskusi, teknik memimpin rapat atau persidangan, surat-menyurat dan kearsipan.
“Malam ini adalah pembukaan dan baru dilakukan pengenalan dasar. Rangkaian kegiatan terjadi hingga Bulan Desember 2018, dapat disesuaikan sebulan sekali. Satu paket dengan Kegiatan Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar adalah, Latihan Keterampilan menggunakan bahan lokal untuk anyaman bambu, anyaman dari daun lontar dan segala potensi lainnya dengan mendatangkan orang yang ahli dibidangnya. Targetnya, karya yang dihasilkan akan dipamerkan diakhir tahun 2018,” kata Saverinus Laga Payon, Ketua Karang Taruna Karya Baru Lewoblolo.
Sementara Maksimus Masan Kian pada kesempatan itu menyampaikan, perihal program selamatkan orang muda dalam misi Bupati Flores Timur, Anton Hadjon dan Wakil Bupati Agustinus Payong Boli, tidak hanya bersandar pada pemerintah semata, tetapi membutuhkan kerja sama dari setiap warga dengan gagasan-gagasan dan inovasi untuk menerjemahkan misi mulia ini.
“Bukan karena visi Bupati dan Wakil Bupati jadi kita hanya duduk menunggu saja, melainkan menerjemahkan dan bisa mengkreasikan sesuai sumber daya yang dimiliki orang muda di desa,”kata Maksi.
Malam itu hadir kurang lebih 30 anggota karya baru. Mereka, setelah mendapat materi singkat, diberi kesempatan untuk latihan. Tampak peserta sangat antusias sebab hampir semua baru mengikuti kegiatan seperti itu.
Oktavianus Bali, salah satu peserta mengaku bangga dan sangat termotivasi. Bagi Oktavianus berbicara di depan umum kalau dibayangkan mudah, tetapi saat dipraktekan atau mengalami langsung terasa sangat gugup.
“Tentang berbicara di depan umum, kalau sekedar dibayangkan, sepertinya mudah, tapi saat praktek atau mengalami langsung, rasanya sangat sulit. Saya merasa sangat beruntung menjadi salah satu peserta kegiatan malam ini,”ungkap Oktavianus.
Kontributor: Maximus Masan Kian
Editor: Irvan K