Mbay, Vox NTT- Gedung baru Koperasi Kredit (Kopdit) Boawae diresmikan. Peresmian gedung baru yang berdomisili di Kelurahan Natanage Timur, Kecamatan Boawae ini dirayakan dengan misa kudus yang dipimpin langsung Uskup Agung Ende, Mgr Vincentius Sensi Potokota, Sabtu (01/09/2018).
Sebelum memimpin perayaan ekaristi syukur tersebut, Uskup Sensi terlebih dahulu menandatangani prasasti dan pengguntingan pita, dilanjutkan pemberkatan seluruh ruangan Gedung berlantai empat, termasuk Gua Maria di Lantai V gedung tersebut.
Uskup Sensi didampingi sejumlah imam konselebran seperti, Pastor Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae, Romo Yosep Liwu Pe, Pastor Paroki Nangaroro, Romo Wempy da Silva, Pastor Kapelan Paroki Boawae, Romo Paulus Bongu, Pastor Paroki Wudu dan Pastor Kapelan Paroki Wudu, Pater John Gono SVD.
Dalam khotbahnya, Uskup menegaskan dua hal pnenting dalam membangun serta mengembangkan Kopdit tersebut yakni, Solidaritas dan Kemandirian. Dia menjelaskan, dua hal itu tidak terlepas satu dengan yang lainnya.
Bila kemandirian dimaknai sebagai suatu yang lebih manusiawi dan lebih martabat, maka dibutuhkan senjata solidaritas.
Tuhan, ungkap Uskup, berpihak pada orang-orang yang tersingkir termasuk status sosial dalam konsep Solidaritas, Tuhan menghendaki untuk hidup tanpa sistem sekat-sekat yang membedakan.
Dia juga menjelaskan, solidaritas itu memutuhkan kesetaraan, keadilan yang dapat dirasakan oleh semua orang.
“Tuhan juga menghendaki Solidaritas yang kita dengarkan dan didengungkan serta diyakini dalam perlakuan satu terhadap yang lain. Harus membangun solidaritas sebagai jembatan untuk mencapai cita-cita,” ungkapnya.
Kemegahan gedung tersebut terang Sang Uskup harus diselaraskan dalam sikap terhadap sesama dan terhadap Tuhan.
“Bangunan ini megah. Bermegahlah dalam Tuhan dan selaraskan diri dalam kehidupan bersama dan Tuhan,” ujarnya.
Ditambahkannya, solidaritas yang dibangun adalah sukses menurut pikiran Allah dengan tidak menciptakan sekat-sekat, perbedaan-perbedaan.
“Sebagaimana dikatakan tadi, bangunan yang ada harus selaras pula dengan pelayanan yang optimal tanpa pandang bulu kepada anggota,” pinta Sang Uskup.
Menyetir injil Mateus yang bicara tentang talenta, Uskup Sensi kembali menegaskan, Tuhan memberi setiap orang talenta.
“Bagi Tuhan, walau yang sedikit talenta namun mau dikembangkan maka akan menjadi besar. Tuhan marah dan menghukum orang yang mana talenta yang diberikan tapi tidak dikembangkan,” tegasnya.
Dia menambahkan, alasan kemalasan dalam membangun usaha itu tidak bisa dibenarkan. Sebab lanjut dia, kemalasan menyebabkan talenta yang Tuhan berikan tidak bisa dikembangkan.
“Namun dengan talenta yang ada, yang diberikan Tuhan dapat dibungakan, diinvestasikan dan dikembangkan,” tuturnya.
Mengakiri petuahnya, dia kembali menegaskan tentang dua kata kunci, Solidaritas dan Kemandirian menentukan hakikat koperasi karena di dalamnya ada usaha saling membutuhkan dan melengkapi untuk mencapai kesuksesan.
“Tidak akan ada artinya bila Koperasi mengabaikan solidaritas yang merupakan nafas dan kata kunci sebuah koperasi kredit, katanya.
Menurutnya, kemandirian akan menjadi konkret ketika setiap orang tidak bekerja untuk dirinya sendiri namun untuk sesamanya dan tentu perlu bantuan orang lain.
“Tuhan memberikan kita segala potensi yang kita butuhkan dan jangan sampai mengabaikan Tuhan. Bangun bersama Koperasi ini, jaga dan rawatilah,” Pesan yang mulia.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Boni J