Kefamenanu,Vox NTT-Gedung asrama SMAN Manamas yang terletak di Desa Benus, Kecamatan Naibenu, Kabupaten TTU hingga saat ini terkesan ditelantarkan.
Pasalnya, sejak selesai dibangun oleh pemerintah desa setempat pada tahun 2014 lalu, gedung asrama yang terletak di sisi kanan sekolah itu tak kunjung digunakan.
Akibatnya, hingga saat ini sejumlah bagian gedung sudah mulai retak dan kaca pun sudah dipecahkan oleh orang yang tak bertanggung jawab.
“Ini gedung awalnya dibangun itu supaya murid SMAN Manamas yang dari Bakitolas, Sunsea dan beberapa desa lain bisa tinggal, makanya kita pihak sekolah dengan senang hati izinkan pemdes untuk bangun asrama ini, tapi kasihan sampai sekarang belum gunakan juga,” jelas Pastor Leonardus Nahas, selaku pencetus berdirinya SMAN Manamas saat diwawancarai VoxNtt.com di SMAN Manamas, Selasa (11/09/2018).
Sepengetahuan dirinya persoalan awal dari tidak digunakannya gedung tersebut lantaran kepala tukang tidak mau menyerahkan kunci gedung. Itu karena terjadi masalah dengan pembayaran upah kerja.
Namun oleh Kepala Desa Benus Maksimus Koi Koa persoalan itu sudah diselesaikan beberapa waktu lalu.
“Ini gedung bangun pakai dana PNPM, tapi saya sendiri tidak tahu anggarannya berapa, yang saya tahu awalnya memang ada masalah dengan kepala tukang soal upah, tapi sekarang sudah beres masalah itu,” jelas mantan Plt. Kepala SMAN Manamas periode 2009-2013 tersebut.
Pastor Leonardus menambahkan, bulan Juli lalu pihaknya dan pemerintah desa sudah melakukan pertemuan agar gedung asrama bisa segera dimanfaatkan.
Namun sayangnya pertemuan tersebut berakhir dengan jalan buntu. Hal itu lantaran pihak pemdes menuntut agar gedung asrama yang dibangun di atas tanah milik SMAN Manamas itu dijadikan sebagai inventaris desa.
“Kalau jadi inventaris desa berarti iuran asrama masuk ke kas desa, masa gedung asrama yang dibangun di atas tanah sekolah juga mau dijadikan sebagai sumber PADes, jelas kami tolak,” tegasnya.
Da melanjutkan, pihaknya sudah menyepakati agar gedung asrama itu dijadikan sebagai asrama putra.
Pihak Leonardus juga telah menunjuk seorang guru untuk mengawasi para siswa yang tinggal dalam asrama tersebut.
Ia berharap pemdes dapat segera menyatakan sikap untuk memberikan gedung tersebut menjadi inventaris sekolah, sehingga bisa segera digunakan.
“Gedung ini kan terdiri dari 1 ruang tidur, dapur, WC dan kamar mandi dan juga ada ruangan khusus untuk guru pengawas, kami berharap kita bisa segera temukan jalan keluar terbaik agar siswa yang rumah jauh dari sekolah tidak perlu kos lagi tapi bisa langsung tinggal di asrama saja,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Desa Benus Maksimus Koi Koa saat dikonfirmasi media ini di kediamannya menjelaskan, gedung asrama tersebut dibangun menggunakan dana PNPM tahun anggaran 2013/2014 sebesar Rp 300 juta lebih.
Ia mengakui pada awalnya terjadi persoalan antara pihak pemdes dan kepala tukang terkait upah kerja.
Namun persoalan tersebut terjadi pada pemerintahan kepala desa sebelumnya, Gervasius Abani.
“Memang ada persoalan upah kerja untuk tukang makanya kepala tukang tidak mau serahkan kunci,tapi masalah itu sudah saya selesaikan,” ujar Kepala Desa Benus periode 2015-2021 itu.
Maksimus pada kesempatan itu juga menegaskan, gedung asrama tersebut tetap merupakan inventaris desa. Hal itu pun sudah disampaikannya ke pihak sekolah dalam pertemuan beberapa waktu lalu.
Sehingga terkait dengan iuran yang dibayar oleh siswa yang menempati asrama tersebut, pihaknya akan bicarakan dengan pihak sekolah agar dibagi dua.
“Nanti iuran yang masuk itu bagi dua, contohnya kalau per bulan siswa yang tinggal disitu bayar maka 5 ribu masuk ke kas desa dan 5 ribu ke pihak sekolah, sebenarnya persoalan ini sudah selesai kita bahas bulan Juli lalu tapi waktu itu kepala sekolah tidak hadir karena sakit makanya keputusan waktu itu tidak bisa langsung diambil,” ujarnya.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Ardy Abba