Oleh: Petrus Natom
Penulis adalah pemerhati sosial-budaya
Ketika saya berjalan-jalan ke bandara, pelabuhan laut, naik bemo, bus, ke kampus, lapangan, pusat perbelanjaan, pasar, kolam renang, pantai, dan lain-lainnya, fenomena-nya sama yakni menemukan banyak orang dengan benda kotak dan sebuah kabel.
Saya sengaja menamai tulisan ini dengan generasi kabel. Bukan tanpa alasan. Bagi saya sebagian besar manusia zaman ini seperti tak tega untuk jauh dari kotak hitam dan kabel.
Kotak itu namanya Handpone (android) dan kabel sepotong itu adalah penghubung ke arus listrik. Keduanya memang tak bisa pisah lepas, kalau HP di kantong baju atau celana, otomatis kabel dikantong lainnya.
Keduanya mesti dekat dan sejalan. Yang jelas, penciptanya memang cerdas. Tak mau menciptakan HP yang tak dicharger, minimal sejalan dengan hukum ekonomi, supaya kabel sepotong itu juga jadi laku di pasaran.
Potret inilah yang agak keren dicap sebagai generasi kabel. Semua generasi yang hidup tergantung dengan dua hal di atas. Seorang mahasiswi akan rela terlambat walau jam kuliah sudah mulai kalau HP-nya ketinggalan di rumah atau kost. Silahkan lakukan survei kecil.
Fenomena lanjutan di ruang publik, seketika, sejumlah orang itu, tak tahan lama jauh dari terminal arus listrik, sesekali mengamati layar kotak berwarna itu. Tersenyum, sedih, kadang tertawa sendiri-sendiri. Bukan phobia, itu semerek dengan sakaw. Efeknya tidak punya bandingan.
Bukan maksud untuk buat perbandingan, tapi, nyatanya emang beda. Ragam bagan dibuat dari perspektif apapun. Semuanya menunjukkan bahwa zaman dulu dengan sekarang bedanya sangat jauh.
Tak ada lagi permainan tradisional, lompat tali, tolak ban bekas, bahkan layangan, sudah mampus dikunya zaman.
Anak-anak, sejak dini sudah bergantung pada game android. Dari game, style, kerja tugas sekolahan. Bahkan, jika ditanya pada remaja, benda apa yang paling pertama dicari saat bangun tidur ? Yang jelas sebagiam besar menjawab HP, bukan buku atau lainnya.
Efek dari Fenomena sosial ini, akan tersisa remah-remah yang bikin kepala pusing. Dari orang tua, guru di sekolah, dosen di kampus, hingga pengamat. Makin ke sini, dunia ini memang semakin genit dan aneh. Yah begitulah.
Remah- remah itu, yakni konten pornografi, penyakit viral, keterjajahan akut, sampai pada pelompatan generasi.
Bahkan, belakangan ini, muncul lagi sebuah alat jenis baru, kotak juga. Dengan sepotong kabel kira-kira sepanjang 20 Cm hingga 1 M. Ini sejenis penampung arus. Mudah di bawahkemana-mana. Termasuk ke zona yang tidak punya pusat listrik.
Potret di atas, menunjukkan Fenomena kekinian, yang hemat saya, bisa dijelaskan menjadi dua hal, Pertama, ketergantungan manusia kini, pada benda kotak berwarna itu yang akrab disapa Handphone (HP). Kedua, pelompatan generasi.
Ketergantungan Akut
Ketergantungan itu berkata dasar gantung. Artinya, sikap seseorang atau masyarakat yang tergantung pada orang lain atau masyarakat lain. Menunjuk seseorang yang hidupnya terganggu jika tanpa benda atau orang lain.
Hukum dasar manusia misalnya, homo homosocialis, tak bisa hidup tanpa manusia lain. Perokok, akan selalu berusaha menikmati rokok karena efek nikotin. Ketergantungan. Kondisikan ketergantungan akan membuang jauh sifat individualisme akut dan menempatkan manusia pada posisi yang selalu hidup bersama.
Konteks kini, ketergantungan kita pakai pada pola pikir dan tingkah laku manusia zaman ini yang ketergantungan pada HP dan kabel. Faktanya memang demikian.
Tak ada manusia modern kini, yang hidupnya jauh dari android. Keterjajahan oleh benda itu, sudah sampai pada level sakaw akut.
Anak-anak, remaja hingga orang tua, dimanapun dan kapanpun akan selalu menggenggam benda kotak dan kabelnya itu.