SVD
Andaikan jubahmu memelukku lagi
Dalam hatiku, sepi mati
Cahaya doa di kolam air mataku semakin memesona
Aku sebenarnya suka tinggal di rumah putihmu seperti
keduabelasan:
Merawat biji doa yang ditaburkan penabur sebagai gandum di antara lalang
Doa seperti kerja yang berseru mempersiapkan ladang
Aku sempat ingin lagi berteduh di pondok jubahmu
Saat turun hujan lapar-panas haus
Di sana aku bertemu,
Roti: tubuh-Nya yang dibagibagikan
Anggur: darah-Nya yang ditumpahkan
Tetapi jubah bulu unta dan ikat pinggang Yohanes mengajakku:
Mari kita nikmati sagu bakar yang dicampur sari buah merah
Sebagai cinta: tubuh-Nya yang pernah dibagi bagikan
Sebagai kenangan: darah-Nya yang kini tumbuh di tanah
(2016/2017)
Taman Nukila
Pada matamu yang indah, Nukila kaki cintaku bagai daun gugur,
Berserakan melangkahkan jatuh
Di rumput hujan, cinta merendah
Mambasuh kaki rumput berdebu
Peluklah dinginku Nukila
Dengan hangat tangan air guraka
Sebab aku kini menjelma dingin kotamu
Berhembus mencari remah-remah senyummu yang sengaja kau simpan di lesung pipi taman
(Ternate 2018)
Jalan Kaki Kecil
Tak ada jalan beraspal menuju mata dan hatimu
Sebab matamu: kampung, kokoh menyimpan setapak berlumpur batu
Sedang hatimu: dusun, senantiasa terpencil
Berhari hari kaki kecilku berjalan
Sendirian
Pundakku seperti mama pulang kebun
Berbeban noken
Di tubuh keringat mengalir deras bagai sungai Ke’erom
Jalan kaki kecilku seperti sajak
Sunyi
Akankah kau mau menemaniku?
(Ubrub 2018)