Atambua, Vox NTT- Guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif, Tempo Institute dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memulai program “Pendampingan Komunitas Kreatif Bekraf-Tempo Institute” atau Kombet Kreatif menyelenggarakan pelatihan kepada para pelaku ekonomi kreatif selama empat hari di gedung Betelalenok, Atambua Minggu-Selasa (07-10/10/2018).
Setidaknya ada 40 pelaku ekonomi dan industri kreatif yang terpilih hadir menjadi peserta di Rumah Estribi pada pra pendampingan (7 Oktober) dan saat pendampingan berlangsung di Gedung Wanita Bete Lalenok (Kompleks Rumah Bupati Belu) Kelurahan Beirafu, pada 8-10 Oktober.
Kombet Kreatif di Belu ini dihadiri Deputi Hubungan Antarlembaga Bekraf, Endah Wahyu dan dibuka oleh Bupati Belu, Willybrodus Lay di Rumah Estribi Jalan Maroe di Kelurahan Lidak Atambua.
Atambua merupakan kota kesepuluh dari 12 kota yang didatangi program Kombet Kreatif. Ke-10 kota yang menjadi sasaran tempat pelatihan yakni, Kota Padang, Surabaya, Karangasem, Kendari, Maumere, Malang, Bojonegoro, Singkawang, dan Bandung Barat. Setelah Belu, pendampingan Kombet Kreatif akan berlanjut di Kupang dan diakhiri di Merauke.
Program yang dilaksanakan ini bertujuan untuk mempererat jejaring komunitas kreatif di tingkat kota dan kabupaten. Setiap kota, setiap kabupaten, memiliki kekayaan potensi ekonomi kreatif yang unik dan khas.
Informasi yang dihimpun VoxNtt.com melalui Endah Wahyu, Deputi Hubungan Antarlembaga dan Wilayah Bekraf menyampaikan, Belu sangat kuat potensinya di bidang kerajinan, seperti tenun dan wisata alam yang luar biasa indah. Karena itu, komunitas kreatif perlu berjejaring, berkolaborasi dan menjadi pendorong kemajuan ekonomi kreatif.
Baca Juga:
- Ingin Dongkrak Wisatawan, Pemkab Belu Luncurkan Digital Tourism
- Dongkrak Pariwisata, Pemkab Belu Gelar Festival Fulan Fehan
- Festival Nubun Tawa di Flotim Persembahkan Tradisi Sadok Nonga-Leon Tenada
“Kami percaya. Komunitas kreatif yang berjejaring kuat akan meningkatkan ekonomi kreatif di daerah dan juga bermanfaat di level nasional,” kata Endah Wahyu.
Menurut Endah, program ini menghadirkan kreator inspiratif, ahli pemasaran, dan pakar branding. Di Belu, sambungnya akan ada Arief Ayip Budiman, atau biasa disapa Kang Ayip, pakar branding dan co founder Rumah Sanur.
Rumah Sanur adalah pusat komunitas lokal, bisnis, wirausahawan sosial, pedagang, pemula, dan kreatif. Komunitas ini menyatukan berbagai orang dan bisnis dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda, untuk menstimulasi ide dan membangun hubungan lintas sektor.
Selain Kang Ayip, ada Dinny Jusuf, founder Toraja Melo, sebuah yayasan yang bertujuan memotong persoalan kemiskinan pada perempuan penenun di pedesaan. Yayasan ini memfokuskan kegiatan pada pengembangan komunitas penenun.
Dua pakar ini sejalan dengan misi yang dibangun Kombet Kreatif yakni, lebih dari sekadar pertemuan komunitas. Rangkaian lawatan ini adalah sebuah upaya pendampingan komunitas untuk berkolaborasi dengan lebih baik.
Pada program Pendampingan Kombet Kreatif ini juga akan diperkenalkan skill storytelling, penceritaan, yang sangat penting untuk membangun nilai tambah produk kreatif yang akan disampaikan oleh Muhammad Taufiqurrohman, Direktur Pusat Data dan Analisis Tempo sekaligus redaktur senior Tempo.
Koordinator Lawatan 12 Kota-Kombet Kreatif Tatty Apriliyana menjelaskan, program ini adalah pemantik kolaborasi komunitas kreatif lokal supaya berjejaring lebih kuat.
“Selanjutnya, kami berharap komunitas kreatif di Belu benar-benar tumbuh solid dan berjejaring kuat,” ujar Tatty.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Boni J