Makassar, Vox NTT- Sejumlah aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan diduga dikeroyok anggota Polisi pada Senin, 29 Oktober 2018 lalu.
Aksi pengeroyokan oleh oknum dari Polisi dari Polrestabes Makassar tersebut terjadi saat sejumlah aktivis GMNI dan beberapa elemen gerakan lain menggelar aksi unjuk rasa untuk mempringati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2018. Aksi unjuk rasa sejumlah elemen gerakan berlangsung di Flyover Makassar.
Menurut Ferdinando Saferi,Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPC GMNI Makassar, pihaknya melakukan aksi unjuk rasa bergabung dengan aktivis pergerakan lainnya seperti LMND, PPM Sulsel, GRD, IMM Maktim. Mereka bergerak di bawah payung aliansi bernama BAKAR.
Kata Ferdinando, massa aksi mengutarakan tuntutan kepada pemerintah atas realitas sosial yang sedang melanda bangsa Indonesia saat ini.
Massa aksi menuntut pemerintah untuk mengganti haluan ekonomi, kembalikan stabilitas Negara serta wujudkan pendidikan yang memanusiakan manusia.
Massa aksi juga mendesak pemerintah untuk mencabut PP 78 Tahun 2015 tentang buruh dan segera menerapkan sistem ekonomi kerakyatan.
Selain itu, BAKAR juga mendesak agar segera menegakkan persamaan hukum dan UU PA Nomor 5 Tahun 1960, stop komersialisasi pendidikan, dan mencabut UU PMA Nomor 5 Tahun 2007.
Tak hanya itu tuntutan aliansi BAKAR. Mereka juga mendesak pemerintah agar membangun industri nasional dan menegakkan trisakti, serta menjalankan UU 33 pasal 1, 2 dan 3.
“Namun suara kebenaran yang disampaikan oleh aktivis GMNI Cabang Makassar diwarnai oleh tindakan represifitas para aparat Kepolisian yang pada saat itu mengawal massa aksi,” ujar Ferdinando kepada VoxNtt.com, Rabu (31/10/2018).
“Alhasil aksi pun jadi momentum bentrok antara aparat dan aktivis pergerakan yang sejatinya hanya menyampaikan suara-suara kebenaran. Aparat Kepolisian menunjukkan tindakan premanisme terhadap massa aksi,” tambahnya.
Tak hanya itu, kata Ferdinando, aparat Kepolisian bahkan melakukan penangkapan dan pemukulan terhadap massa aksi. Salah satu korbannya adalah Ferdinando Saferi.
Akibat dikeroyok dan dipukul aparat, Ferdinando terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
“Mata bagian kiri bengkak dan lebam. Ini semua karena ulah premanisme aparat Kepolisian,” ujarnya.
“Saat saya diamankan ke mobil Polisi, saya dikeroyok oleh 50 Polisi, layaknya seperti binatang. Ditonjok hingga mata saya bengkak, gigi, hidung dan perut ditendang oleh pihak Kepolisian,” tambah Ferdinando.
Hingga kini, aku Ferdinando, kondisinya masih belum pulih. Mata bagian kiri masih lebam dan bengkak.
Ferdinando mengaku perihatin dengan prilaku aparat Kepolisian yang sudah menunjukan watak preman bukan keamanan.
Ia berjanji akan mengusut kasus pengeroyokan tersebut hingga pelakunya mendapat ganjaran sesuai hukum yang berlaku.
Sementara itu, Kapoltabes Makassar Komisaris Besar Polisi Irwan Anwar saat dimintai tanggapannya melalui pesan WhatsApp-nya menampik adanya pemukulan terhadap sejumlah aktivis GMNI tersebut.
Menurut dia, kabar adanya pemukulan itu merupakan hoaks atau berita bohong.
Namun demikian, Irwan menyatakan, bila kasus tersebut benar-benar terjadi, maka yang bersangkutan segera melapor ke Propam Polda Sulawesi Selatan.
“Sebaiknya lapor dulu biar jelas ada n betul adanya kejadian itu,” tulis Irwan.
KR: L. Jehatu
Editor: Ardy Abba