Kupang, Vox NTT- Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Josef Nae Soi, menegaskan, persoalan infrastruktur di NTT harus ditangani dengan pola kerja baru atau out of box.
Dalam bahasa modern, kata Josef, dibutuhkan upaya quantum leap atau lompatan luar biasa untuk mengatasi keterbelakangan NTT terutama dalam aspek aksesibilitas.
“Dari 2.650 kilo meter ruas jalan provinsi, sebagian besar saya istilahkan mati sebelah. Ada kurang lebih 1.650 kilometer jalan provinsi dengan kondisi sangat memprihatinkan,” jelas Josef saat menjadi Nara sumber pada kegiatan Sarasehan Hari Bakti Pekerjaan Umum ke-73 dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS) ke-41 Tingkat Provinsi NTT.
Kegiatan yang mengusung tema “Infrastruktur Dalam Nusa Tenggara Timur Bangkit Menuju Sejahtera” itu berlangsung di Ballroom Grand Mutiara, Kamis (29/11/2018).
Menurut Josef, banyak yang mencibir dan menganggap dirinya dan Gubernur Viktor berilusi saat bertekad menyelesaikan persoalan jalan Provinsi dalam kurun waktu tiga tahun.
“Bagaimana mungkin hal itu bisa diwujudkan? Dananya dari mana? Selama ini, kita sudah biasa mengandalkan dana dari APBN dan APBD untuk kerjakan jalan. Yang belum ada dan belum kita lakukan secara maksimal adalah dengan (cara) Pembiyaan Proyek Investasi (baca: Infrastruktur) Non Anggaran Pemerintah (PINA, red),” kata Josef.
Josef mengatakan, Pembangunan Infrstruktur yang merupakan misi ketiga dari lima misi Viktori-Josef harus dilaksanakan secara serius. Itu kata dia, Karena jalan, jembatan, pelabuhan udara dan laut merupakan unsur aksesibilitas utama dalam mendukung pariwisata sebagai penggerak utama dalam kebangkitan NTT Menuju Sejahtera.
Menurutnya, Harus ada pikiran yang luar biasa atau out of box untuk membereskan persoalan konektivitas itu.
“Cara lain untuk membangun konektivitas infrastruktur jalan ini adalah Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Kita minta badan usaha kerja dulu, baru kemudian cicil. Bisa dengan cicil dari APBD kita dalam jangka waktu tertentu. Atau pilihan lainnya dengan menjaminkan jalan pada perusahaan dengan cicilannya berasal dari perhitungan penyusustan jalan dan bukan dari APBD. Tentu saja perusahaan yang diajak adalah yang bonafit dan yang mau membantu. Untuk ini dibutuhkan kemampuan lobi yang tinggi dan strategi yang cermat. Dan kami sedang memikirkan peluang ini,” ujarnya.
Lebih lanjut Josef menyatakan, dirinya bersama Gubernur Viktor datang ke NTT dengan mimpi besar untuk membereskan JaLA yang adalah akronim dari Jalan, Listrik dan Air. Menurut dia, hal-hal ini merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang tidak bisa lagi ditunda.
“Daerah Amfoang dari dulu tidak pernah merasakan kemerdekaan karena jalannya sangat memprihatinkan. Tahun depan sudah dialokasikan Rp.250 miliar untuk selesaikan jalan ke sana. Apalagi di sana akan dibangun Observatorium LAPAN yang sangat potensial. Begitupun jalan ke Elar, Manggarai Timur akan dibangun sekitar 14 kilometer tahun depan. Tidak ada lagi bangun jalan dengan sistem cicil, satu atau dua kilometer tiap tahunnya. Pembangunan jalan sepanjang ini tentu butuh sumberdaya manusia yang banyak. Kita membuka diri terhadap semua orang yang berkemaun baik termasuk yang berasal dari luar NTT,” pungkasnya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Boni Jehadin