Oleh: Frans Sarong
Mungkin baru pernah terjadi dalam sejarah Partai Golkar tingkat pusat hingga daerah, Golkar NTT berhasil menulis sebuah buku tentang jejak karya para penjasanya, sejak partai itu lahir, 20 Oktober 1964.
Buku berjudul “Jejak Karya Golkar NTT” sedianya diluncurkan di Kupang, Rabu (19/12/2018), petang. Waktu penuncuran ini menangkap momentum HUT ke-60 NTT, yang jatuh satu hari setelahnya, Kamis, 20 Desember.
Buku itu hasil karya kolosal yang melibatkan sekitar 20 pewawancara tim buku di Kota Kupang dan kabupaten-kabupaten di NTT.
Mereka mewawancarai sedikitnya, 30 penjasa Golkar yang tersebar di Kupang dan berbagai kabupaten di NTT. Data dan informasi yang mereka kumpulkan lalu diramu oleh sejumlah tim penulis, seperti Pius Rengka, Tony Kleden, Yoseph Diaz, Thomas Duran, Bone Pukan, John Seo, Grace Gracella, Sukma Nulik dan Frans Sarong sebagai koordinatornya.
Waktu penggarapan buku tergolong amat singkat, kurang dari dua bulan, terhitung sejak gagasannya bergulir, 20 Oktober 2018.
Kemasan tulisan lebih bergaya ficer sebagaimana biasa dilakukan kalangan wartawan. Pilihan penulisan bergaya ficer menjadi maklum karena tim penulisnya rata-rata berlatar belakang jurnalis. Bagi mereka, menggarap buku “Jejak Karya Golkar NTT” seperti kembali mengakrabi habitatnya.
Melalui irama kerja tempo tinggi, karya tulis ini akhirnya berwujud buku, Selasa, 18 Desember 2018, satu hari sebelum peluncurannya. Bahkan tumpukan buku-bukunya baru bisa diangkut dari perusahaan pencetaknya, CV Silvya Kupang, Kamis siang, empat jam sebelum peluncurannya.
Buku setebal 245 halaman itu hadir ketika Golkar NTT di bawah kepemimpinan Melki Laka Lena dan Inche Sayuna sebagai ketua dan sekretarisnya. Penerbitannya, menandai dua momentum bersejarah di penghujung tahun (2018), yakni HUT ke-54 Golkar, 20 Oktober, dan HUT ke-60 NTT pada 20 Desember.
Sejarah mencatat, Golkar selama era Orde Baru menjadi partai yang hampir total mengendalikan kuasaan di negeri ini. Golkar melalui para tokohnya telah menancapkan berbagai karya amat berharga sebagai pendorong kemajuan Indonesia.
Salah satu kemajuan yang pantas dicatat, Indonesia bersama Golkar selama Orde Baru sungguh dirasakan sebagai rumah bersama bagi segenap bangsanya, tanpa menanyakan apa suku, agama atau daerah asalnya. Politik identitas hidup mengerdil, tak berdaya, nyaris tidak terasa.
Namun jejak karya Golkar melalui para tokoh penjasanya, termasuk di NTT nyaris lenyap dan terlupakan. Situasi itu membuat Melki Laka Lena gerah. Ia bersama timnya bersepakat, situasi itu harus diakhiri.
Jasa karya para tokoh tidak boleh lenyap, harus disuntikkan dengan napas baru agar kembali hidup. Resep pemulihnya dengan menulis karya berharga mereka.
Terinspirasi oleh karya Fredy Shebo SVD (buku Monologion, Penerbit Leldalero, 2016), salah satu makna di balik penulisan buku ini adalah mengabadikan jejak karya bahkan selaligus mengekalkan napas para penjasa Golkar.
“Karya para penjasa harus tetap bisa dikenang oleh generasi akan datang. Panduannya harus dengan menulis,” kata Melki Laka Lena.
Sebagai contoh di NTT. Ada sejumlah tokoh penjasa Golkar yang telah tiada untuk selamanya. Mereka di antaranya
El Tari, Ben Mboi, Titus Uly, Hendrikus Fernadez, Jan Jos Botha, Kusa Nope, Piet A Tallo, Gaspar P Ehok dan banyak lagi. Jejak karya mereka harus ditulis agar tetap dan selalu dikenang.
El Tari misalnya, yang adalah Gubernur NTT periode 1966 – 1978. Hingga ujung tahun 2018, era El Tari sudah 40 tahun berlalu. Karena jejak karyanya nyaris tanpa dukungan dokumen tertulis, maka maklum saja kalau tidak banyak lagi generasi belakangan yang mengetahui sang tokoh sebagai pemimpin tembus sekat disertai program hebatnya: “Tanam, Tanam dan Tanam”.
Agak berbeda dengan Ben Mboi. Gubernur NTT periode 1978 – 1988 itu, jejak karyanya relatif mudah ditelusuri karena lumayan banyak dokumen tertulis tentangnya.
Tim buku “Jejak Karya Golkar NTT” menemukan setidaknya lima buku khusus tentang Ben Mboi. Kesemuanya ditulis setelah sosok berlatar belakang dokter, militer dan pamong praja, meninggal di Jakarta, 23 Juni 2015 dalam usia 80 tahun. Namun kiprahnya bersama Golkar, jejaknya terkesan kabur.
Padahal sang tokoh satu ini sudah bersama Golkar sejak awal kelahirannya, tahun 1964. Malah lebih dari itu, Ben Mboi adalah tokoh pengibar panji kekaryaan Golkar di NTT melalui berbagai program utamanya seperti Operasi Nusa Makmur, Operasi Nusa Hijau dan lainnya. Termasuk menyilangkan penempatan pejabat Sekda tingkat kabupaten guna menyehatkan spririt keutuhan Flobamora.
Buku Jajak Karya Golkar NTT mengusung sejumlah pesan. Di antaranya merakit keharmonisan hubungan kaum milenial, kaum perempuan, senior dan para sesepuh dalam tubuh Golkar. Upaya itu intinya menguatkan kelembagaan Golkar. Juga sekaligus menguakkan jejak kiprah para penjasanya sambil merangkai sari testimoni yang disampaikan para sesepuh sebagai pedoman menahkodai Golkar ke depanya. ***
Penulis adalah kordinator tim penulis buku jejak karya Golkar NTT