Kupang, Vox NTT-Rencana Gubernur NTT, Viktor Laiskodat untuk menutup Taman Nasional Komodo (TNK) selama setahun mendapat masukan dari berbagai pihak.
Masukan itu datang dari pelaku usaha, peneliti sampai pihak kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sebelumnya, pada Jumat 18 Januari 2019 lalu, Gubernur Viktor menyampaikan niatnya untuk menutup TNK karena habitat Komodo semakin berkurang serta kondisi tubuh yang mengecil.
“Kondisi tubuh Komodo tidak sebesar dulu lagi karena populasi rusa sebagai makanan utama komodo semakin berkurang karena maraknya pencurian rusa di kawasan itu,” demikian kata Viktor seperti dilansir dari Antara, Jumat (18/01/2019).
Dengan alasan tersebut, Gubernur NTT periode 2018-2023 ini bermaksud untuk melakukan penataan kembali sehingga ekosistem dan rantai makanan Komodo kembali seimbang.
Namun belakangan rencana itu direspon oleh berbagai pihak. Salah satunya datang dari Matheus Siagian, pelaku pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).
Matheus menyatakan, rencana Gubernur Viktor ini merupakan kejutan besar di awal tahun 2019 ini. Menurut pemilik restoran Tree Top Labuan Bajo itu, penutupan Pulau Komodo selama setahun perlu dipikirkan kembali secara baik. Pasalnya, selama ini pariwisata merupakan kawan dari konservasi. Lawan sebenarnya adalah mereka yang memburu rusa, pembom ikan, dan perusak lingkungan di kawasan TNK.
“Di dalam berita tersebut tertulis bahwa penutupan TNK selama setahun merupakan ide Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laikodat, yang saya kenal secara pribadi sebagai sosok yang visioner dan pro-keberlanjutan,” kata Matheus dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Selasa (22/1/2019).
Menurut Matheus, tidak ada konservasi yang dapat dicapai dalam satu tahun, kecuali jika hanya dibuat-buat, hanya membedakan-bedakan, dan make-up agar terlihat heroik.
Dikatakan, jika problem TNK adalah berkurangnya jumlah Komodo karena kekurangan rantai makanan binatang itu, maka solusinya adalah melakukan pengontrolan lebih baik terhadap penangkapan rusa dan satwa lainnya yang ilegal di dalam TNK.
“Berlakukan bagian besar dari TNK zona proteksi penuh, jangan izinkan satu manusia pun masuk ke sana. Di area ini dapat diberlakukan patroli yang sering dan juga hukuman yang lebih berat bagi pelanggar. Kalau perlu, tembak saja mereka,” tegas Matheus.
Tanggapan lain datang dari peneliti Zoologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Evy Arida.
Evy mengatakan fasilitas rumah penetasan akan lebih efektif untuk meningkatkan populasi komodo selain menutup TNK selama setahun.
“Kalau untuk menaikan populasi komodo secara langsung dalam kurun waktu satu tahun sepertinya tidak mungkin” demikian Evy seperti dilansir Antara Senin (21/01/2019).
Rencana ini, lanjut Evy akan berhasil kecuali kalau sudah ada telur komodo yang siap ditetaskan.
Jika demikian maka rencana penutupan setahun perlu diikuti dengan penetasan telur di rumah penetasan. Rumah penetasan bertujuan untuk memaksimalkan telur dan melindungi anak komodo yang baru menetas dari predator dan aksi kanibalisme seperti di kebun binatang.
Karena itu, rencana Gubernur NTT untuk menutup TNK selama setahun itu perlu diklarifikasi lagi, apakah untuk menambah individu biawak komodo atau untuk memaksimalkan periode kawin saja.
Reproduksi komodo menurut Evy memang relatif lambat. Musim kawinnya sekitar lima bulan dengan produksi telur sekitar 20 butir saja. Delapan bulan kemudian barulah telurnya menetas dengan kemungkinan cuma 25 persen yang berhasil. Hal ini terjadi lantaran kanibalisme hewan jantan yang cukup tinggi.
Sementara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya mempertanyakan rencana Gubernur Laiskodat untuk menutup TNK setahun.
Menurut Siti, rencana tersebut tidak terlalu bagus kalau diputuskan sepihak. Apalagi pihak KLHK yang memegang otoritas pengelolaan kawasan.
“Saya minta Direktur Jenderal (Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem) memeriksa, karena pertama, otoritas tentang kawasan konservasi itu sepenuhnya ada di pusat. Jadi kalau pemerintah daerah punya gagasan, nanti kita diskusikan, lalu kita akan lihat inti-intinya apa yang dipersoalkan” tutur Siti seperti dilansir dari Antara.
Penulis: Tarsi Salmon
Sumber: Antara