Kupang, Vox NTT-Sebagai salah satu kawasan wisata yang terkenal di mancanegara, jumlah pengunjung Taman Nasional (TN) Komodo terus meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun 2014 tercatat sebanyak 80.626 pengunjung, kemudian meningkat menjadi 95.410 pengunjung di tahun 2015, dan di tahun 2016 sebanyak 107.711 pengunjung.
Sementara itu dua tahun terakhir yaitu tahun 2017, tercatat sebanyak 125.069 pengunjung, dan 159.217 pengunjung di tahun 2018.
Melihat angka kunjungan wisatawan yang terus meningkat tersebut, berapa sih pendapat negara yang dihasilkan dari TN Komodo?
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Kamis (24/01/2019) menyebut tiket masuk wisatawan mancanegara sebesar Rp. 150.000,- dan wisatawan nusantara sebesar Rp. 5.000,-.
Dalam rilis tersebut, pihak KLHK mengklaim pendapatan negara setiap tahunnya terus meningkat.
“Berdasarkan PP. 12 tahun 2014 tentang Penerimaaan Negara Bukan Pajak (PNBP), maka penerimaan pungutan yang disetor oleh Balai TN. Komodo kepada kas negara juga meningkat, yaitu sebanyak Rp. 5,4 M di tahun 2014, Rp. 19,20 M di tahun 2015, Rp. 22,80 M di tahun 2016, dan Rp. 29,10 M di tahun 2017, hingga akhirnya tercapai sebesar Rp. 33,16 M di tahun 2018” jelas Wiratno, Direktur Jenderal KSDAE.
Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke TN. Komodo kata dia, telah berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang signifikan, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat dan wilayah di sekitarnya.
Selain komodo, saat ini terdapat 42 dive and snorkeling spot yang juga menjadi daya tarik bagi para wisatawa.
“Apabila pemerintah merencanakan penutupan sementara terhadap sebagian kawasan atau keseluruhan, maka akan dilakukan secara terencana, dengan memberikan tenggang waktu yang cukup, sehubungan dampak sosial ekonomi yang sangat besar,” terang Wiratno menanggapi pentingnya keberadaan TN. Komodo bagi masyarakat sekitar.
Saat ini masyarakat banyak terlibat sebagai penyedia jasa wisata, antara lain, tour operator yang mengoperasikan 157 kapal wisata, keterlibatan 94 guide dari masyarakat lokal, tingkat hunian 1.136 kamar hotel, lahirnya 4 hotel berbintang.
Rantai ekonomi tersebut disebut KLHK berpengaruh pada penghidupan masyarakat sekitar yang terlibat di sektor pariwisata.
Sementara Lembaga penelitian Sun Spirit Labuan Bajo, sebuah lembaga yang fokus memantau, meneliti dan mengadvokasi perkembangan pariwisata di Manggarai Barat menyebut, menyebut dalam kawasan Taman Nasional Komodo tidak hanya terdapat Komodo, sebaran titik snorkeling dan diving, tetapi juga terdapat warga masyarakat.
Warga masyarakat yang menjadi bagian dari wilayah administratif Kecamatan Komodo ini menyebar di tiga di Pulau yakni Pulau Komodo (kampung Komodo), Pulau Rinca (Kampung Rinca dan Kerora) dan Pulau Papagaran (Kampung Papagaran).
Berdasarkan data BPS Manggarai Barat 2017, total keseluruhan warga empat anak kampung ini mencapai 4.984 jiwa dari sebanyak 1.316 kepala keluarga (KK).
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Irvan K