Kupang, Vox NTT-Tenda sederhana beratap seng bekas, berdinding terpal berwarna biru di jalan Eltari Kota Kupang, persis 50 meter di depan Rumah Jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi tempat bagi Katarina Bulu menyambung hidup.
Dari tenda berukuran kurang lebih 4 x 5 meter itu, helai-helai benang kehidupan Mama Kataria dirajut membentuk asa untuk terus berjuang seorang diri menyekolahkan anaknya hingga sukses.
“Kita sudah begini, hidup susah. Usaha anak harus sukses tidak boleh sama seperti kita lagi”, ujarnya kepada VoxNtt.com sambil mengaduk es buah kelapa Selasa (26/02/2019).
Wanita berusia mampir setengah abad itu berasal dari Sumba Barat Daya (SBD).
Ia dan almarhum suaminya, Marselinus Bulu Lede, hijrah ke Kupang demi memburu hidup yang layak pada tahun 1996 silam.
“Kami datang ke Kupang tahun 1996 dan tinggal di rumah Pemerintah Daerah Sumba Barat Daya. Mumpung gratis yah kami mau”, lanjutnya mengisahkan.
Rumah Pemda Sumba Barat Daya itu, persis dibelakang tenda milik Mama Kataria menjual es buah dan bubur kacang hijau.
Rumah itu, kisah Mama Katarina, dipakainya secara gratis. Dia dan keluarganya merawat rumah itu dengan penuh tanggung jawab.
Jadi Buruh Migran di Luar Negeri
Tahun 2008, Mama Kataria Bulu Bulu sempat berangkat ke Negeri Jiran Malaysia demi menambal sulam kehidupan keluarga.
Tiga tahun jadi Tenaga Kerja Indonesia, semakin membuat Mama Kataria berambisi untuk pulang membangun usaha.
“Saya berangkat ke Malasya, tahun 2008 dan pulang tahun 2011. Saya sengaja tidak kirim uang. Saya harus tampung supaya saat saya pulang bisa bangun usaha sendiri. Itu tekad saya”, tuturnya tersenyum.
Tiba di Kupang, ia disambut hangat oleh almarhum suaminya dan dua anaknya, Marianus dan Sisilia. Banyak pihak terlebih dari kalangan keluarga, menyarankan Mama Katarina membeli tanah untuk membangun rumah demi kelanjutan hidup keluarganya.
“Banyak yang saran mau beli tanah supaya bangun rumah sendiri. Tapi saya tidak mau”, ceritanya.
Mama Katarina lebih memilih kredit sepeda motor Supra lalu separuhnya disimpan di sebuah Koperasi swasta. Setelah itu, baru ia meminjam uang di koperasi dan membeli tanah di Baumata, Kabupaten Kupang.
“Saya beli motor Supra pake kredit, sisanya buat simpan di Koperasi lalu sabagian lain buka usaha es buah kelapa dan bubur kacang hijau. Dari situ saya kredit uang di Koperasi ko beli tanah di Baumata” ujarnya.
Hingga kini, sejak almarhum suaminya dipanggil Sang Khalik dua tahun lalu, penghasilan tetap Mama Katarina bersumber dari jualan es buah kelapa dan bubur kacang hijau.
Sejak pagi hingga petang, ia berjualan es buah kelapa sedangkan waktu sore sampai malam berjualan bubur Kacang hijau.
“Kalau siang saya jual es buah kelapa. Untungnya rata-rata Rp 50.000 sedangkan malam saya jual bubur kacang hijau”, kisah Mama Katarina.
Pantauan media VoxNtt.com, Mama Katarina tetap semangat menenun kehidupannya di depan Rumah Jabatan Gubernur NTT.
Ia bertekad agar kedua anaknya sukses di kemudian hari.
Alhasil, anak pertamanya Marianus, sudah menyelesaikan kuliahnya di Politeknik Negeri Kupang Jurusan Listrik.
Sedangkan anak kedua, Sisilia sementara mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri II Kupang Jurusan Multimedia.
Entah Gubernur sudah diganti beberapa kali. Datang dan pergi dari rumah mewah yang berjarak 50 meter dari lokasi dia berjualan. Mama Katarina tetap tekun menyulam hidupnya dari es buah kelapa dan bubur kacang hijau.
Penulis: Petrus Natom
Editor: Irvan K