Bajawa, Vox NTT- Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, NTT dinobatkan menjadi salah satu kota kecil terkotor di seluruh Indonesia.
Predikat tersebut berdasarkan program Adipura periode 2017-2018 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
Pelaksana tugas (Plt) Bupati Ngada, Paulus Soliwoa mengatakan, di balik penilaian tersebut hendaknya mengambil hikmah positif.
Paulus pun mengajak para Camat, Lurah, Kepala Desa dan semua elemen masyarakat agar bergotong royong untuk membersihkan di lingkungan masing-masing.
“Ini percuma Pemerintah bangun got dan saluran, sampah dan tanah penuh got, tidak ada yang mau angkat,” ujarnya saat amanat apel kekuatan yang dipadukan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional di Lapangan Kartini Bajawa, Senin (25/2/2019).
Menurut Paulus, gong kebersihan di Ngada sudah dicanangkan sejak 10 Maret 2014 lalu. Hal ini dimaksudkan agar semua stake holders, mulai dari ASN sebagai penggerak, Camat, Lurah dan Desa, serta masyarakat berjibaku menjaga kebersihan lingkungan.
Kata dia, hal sederhana tapi berdampak besar yang bisa dilakukan seperti membuang sampah pada tempatnya, mengolah sampah menjadi barang bernilai dan memanfaatkan kembali sampah yang masih bisa terpakai.
“Sampah itu bisa jadi musuh kalau tidak kita kelola dengan baik, bisa datangkan penyakit berbahaya, jangan main-main dengan sampah dan lingkungan yang kotor,” tegas Paulus.
Ia berharap agar para Lurah dan Kepala Desa bisa menyiapkan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di wilayah masing-masing. Jadwalkan gerakan masyarakat secara gotong royong membersihkan lingkungan.
“Ngada sekarang sudah kejadian Luar Biasa Demam Berdarah, dengan 110 korban DBD,3 di antaranya meninggal dunia. Ini wabah yang datang karena rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan. Jangan hanya harap petugas kebersihan. Petugas kebersihan itu, tugasnya di tempat umum, kalau depan rumah, urusan kita masing-masing,” katanya.
Ia juga mengingatkan masyarakat agar selain mengelola sampah dan menjaga kebersihan lingkungan, juga harus menanam bunga di pekarangan rumah.
Menurut dia, Ngada dahulu selalu dikenal sebagai kota buah dan bunga. Agar hal itu bisa kembali hidup, maka di depan rumah harus menanam bunga.
“Jangan tanam jagung. Itu halaman rumah bukan kebun. Kalau mau tanam jagung, di belakang rumah atau kebun,” tegasnya.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Ardy Abba