Borong, Vox NTT-Pesta rakyat merupakan kegiatan keempat dari seluruh rangkaian acara syukuran pelantikan bupati dan wakil bupati Manggarai Timur, Agas Andreas dan Jaghur Stefanus.
Kegiatan meriah itu dilangsungkan di depan halaman kantor bupati Manggarai Timur di Lehong, Rabu (27/2/2019).
Para penari caci maupun danding yang datang dari berbagai pelosok Matim, hadir penuh dengan kegembiraan. Mereka tampak semangat dengan gayanya, juga dengan nyanyian adat Manggarai yang merdu.
Di hadapan para pejabat Matim mereka tunjukkan sebuah suasana keakraban dan kekeluargaan.
Bupati Agas Andreas, wakil bupati Jaghur Stefanus, dan ketua DPRD Lucius Modo pun ikut ambil bagian dengan menari dan bernyanyi bersama para penari lainnya.
Mereka tampak gagah dengan sarungnya.
Sesekali ketiganya melemparkan senyum manisnya. Bupati yang kala itu dikelilingi para penari, menampilkan raut ceria sembari menganyunkan Ndeki dengan tangannya.Ndeki sendiri merupakan alat bantu untuk memandu keserasian antara irama lagu dengan gerakan kaki.
Bupati Ande sedikit tergambar, sangat pandai menari. Selempang yang digantungkan pada lehernya ia ayunkan dengan indahnya, begitu juga kakinya, ia hentakan sambil mengitari para penari lainnya siang itu.
Rupanya bupati Ande tahu betul substansi dari pesta rakyat.
Lehong bergembira, riakan tawa selalu terdengar dari setiap sudut keramaian. Gong dan gendang didendangkan.
Siang itu cukup panas, tapi tak menyurutkan semangat para penari itu. Panas terik mentari sepertinya memberi amunisi baru untuk mereka. Geliatnya semakin tampak. Para penari caci semakin “laki”. Goyangan pinggul, kaki, memainkan cambuk, menahan pukulan, mereka lakoni dengan penuh semangat.
Di sisi yang berbeda tampak sosok pemuda yang tegar. Dia merupakan pemadu acara siang itu. Namanya Agus Supratman. Tak begitu asing dari penciuman khalayak Matim. Dia pemuda yang berbakat.
Penari Muslim
Di tengah riahnya pesta rakyat itu, ada sesuatu yang begitu indah untuk dinarasikan. Terselip di antara keramaian mereka tunjukkan sebuah identitas yang utuh. Mereka ada dan hadir tepat pada waktunya.
Dari sekian banyak penari, mereka tampil dengan penuh keragaman.
Mereka berasal dari Kecamatan Sambi Rampas. Salah satu wilayah yang berada di sisi utara Kabupaten Matim.
Para ibu-ibu dari wilayah itu, tampil dengan indahnya. Kepala mereka dihiasi dengan bali belo. Sebuah benda mirip mahkota yang dipasang di atas kepala. Bangganya, beberapa di antara mereka adalah saudara saudari yang beragama muslim.
Dengan kain motif Congkar, yang merupakan kain tenun khas Sambi Rampas, mereka baluti tubuhnya. Selendang pun demikian.
Begitu pun, para penari laki. Tubuhnya dibaluti busana adat khas Sambi Rampas.
Kepada VoxNtt.com, Aleksabel (59) seorang penari laki asal Sambi Rampas mengatakan, kedatangan mereka selain sebagai bentuk menghargai undangan bupati demi memeriahkan pesta rakyat, juga ingin menunjukkan kain motif Congkar kepada publik Matim.
“Kami sudah datang sejak kemarin, pokoknya campur ada yang katolik ada juga yang muslim baik perempuan maupun laki-laki, kami datang untuk menunjukkan kepada publik Matim” ujarnya.
Dikisahkan Aleksabel, ia dan beberapa penari lainnya sudah mempersiapkan diri sejak awal Februari lalu. Mereka tak pernah putus asa, demi menampilkan yang terbaik.
“Kami latih dua minggu dan sekarang kami sudah siap untuk mempertunjukannya,” tukasnya.
Untuk diketahui, esok merupakan kegiatan kelima yakni seluruh rangkaian acara syukuran pelantikan bupati dan wakil bupati Manggarai Timur, Agas Andreas dan Jaghur Stefanus.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba