Borong, Vox NTT Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Kupang menanggapi pernyataan Bupati Manggarai Timur (Matim), Agas Andreas yang menyebut akan menutup sekolah bila tidak memenuhi jumlah muridnya.
Sebagaimana dilansir dari poskupang.com, pernyataan itu disampaikan Bupati Agas saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RKPD Tingkat Kecamatan Lamba Leda di Aula Paroki Santo Yusuf, Benteng Jawa, Senin (4/3/2019) pagi.
Dalam keterangan tertulis yang terima VoxNtt.com, Selasa (5/3/2019), Ketua GMNI Kupang Sukario Banta menilai keputusan Bupati Agas perlu dilihat dari berbagai sisi.
Wacana itu, kata dia, tidak mempunyai dasar yang kuat. Hal ini bisa saja melahirkan faktor penyebab lahirnya masalah pada beberapa sekolah di Matim.
“Bisa saja jumlah murid itu berkurang karena alasan ekonomi, motivasi orangtua dan anak yang kurang, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Dikatakan Sukario, pernyataan itu jangan sampai nantinya akan melahirkan masalah baru, sehingga perlu ditelusuri terlebih dahulu sebelum berwacana.
Kalau tidak, kata dia, maka wacana ini tidak akan mengatasi masalah pengangguran di kalangan sarjana di Matim. Tetapi justru hanya akan melahirkan masalah baru di masyarakat.
“Bisa saja motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya akan menurun dan motivasi anak-anak untuk bersekolah pun akan menurun,” imbuhnya.
Menurutnya, kalau ini yang terjadi maka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Matim akan turun semakin jauh dari IPM Provinsi.
“Karena salah satu indikator dalam IPM itu adalah Tingkat Pendidikan,” tukasnya.
Sukario juga mengatakan, Bupati Agas seharusnya mendorong sekolah-sekolah di Matim agar mampu mempersiapkan anak-anak yang terampil dan kreatif dalam menghadapi perkembangan teknologi dan informasi.
“Kita Mendukung langkah Bupati dalam melakukan pelatihan dan pembinaan di desa-desa, tetapi harus dipersiapkan secara baik mulai dari infrastruktur berupa gedung hingga tim pembina yang handal,” katanya.
“Bukan malah tutup dan rampas gedung sekolah,” tambah alumnus Undana Kupang itu.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba