Borong, Vox NTT-Olimpiade Siswa Nasional (OSN) sejatinya merupakan kompetisi untuk mencari generasi yang unggul.
Hal itu diungkapkan Ketua panitia OSN tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk wilayah Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Yuvensius Menggot saat mengikuti perlombaan OSN di Borong, Sabtu (9/3/2019).
Kegiatan perlombaan itu berlangsung di SMP Negeri 1 Borong.
Yuvens menjelaskan, OSN merupakan event tetap yang dilakukan secara berjenjang. Ini juga bagian dari ajang untuk anak-anak Matim berkompetisi.
“Ini adalah kompetisi untuk anak-anak kita, dimulai dari gugus kalau juara di gugus akan ikut lomba di tingkat kecamatan, lanjut di tingkat kabupaten, terus ke provinsi, nasional bahkan hingga internasional,” ujarnya.
Diakuinya, dari 18 SMP (swasta dan negeri) yang ada di Kecamatan Borong, hanya 17 sekolah yang mengikuti event itu.
Sedangkan SMP Negeri 14 Borong yang berlamat di Kampung Wakos, Desa Poco Ri’i tidak mengambil bagian dalam perlombaan.
Padahal pihaknya, sudah memberikan surat edaran. Pihak Yuvens juga sudah melakukan pendekatan personal, baik melalui WhatsApp, dinas maupun WhatsApp sekolah.
“Untuk event sebelumnya sekolah yang baru tidak dipedulikan, tetapi sekarang pa Kadis (PK Matim) yang baru, dia wajib semua sekolah ikut karena itu merupakan ruang untuk anak-anak kita berkompetisi,” imbuhnya.
Lanjut Yuvens, perlombaan itu dilakukan sehari mulai dari tahapan pelakasanaan hingga pemeriksaan hingga hasil.
Para peserta yang lolos nantinya akan mengikuti ujian di tingkat Kabupaten Matim.
“Nanti tanggal 16 Maret 2019 ujian di tingkat Kabupaten Matim,” ujarnya.
Dikatakannya, ada tiga mata pelajaran yang diuji di antaranya Matematika, IPA dan IPS dengan total peserta 153 orang.
Mestinya, kata Yuvens, peserta OSN yang diutus dari setiap sekolah, satu mata pelajaran satu orang.
Namun karena kesepakatan dari panitia, maka setiap sekolah membawa 9 orang. Artinya, satu mata pelajaran 3 orang.
“Artinya rangking 1, 2 dan 3 dari setiap mata pelajaran di sekolah masing-masing dikirim menjadi utusan,” ujarnya.
“Bisa saja yang juara itu juara 2 atau 3 di sekolah itu,” sambungnya.
Kendati demikian, kata Yuvens, para peserta yang juara tidak diberikan penghargaan dikarenakan ketiadaan anggaran.
“Ini kan tingkat kecamatan kita nanti patungan untuk memberikan hadiah dalam bentuk nominal uang untuk juara 1,2 dan 3,” ujarnya.
Ia mengatakan, untuk menjaga kecurigaan antar sekolah, penyusunan soal dilakukan oleh pihak Dinas PK Matim.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba