Ende, Vox NTT-Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menanggapi sejumlah pertanyaan siswa SMA Negeri Detusoko, Ende, NTT tentang maraknya berita bohong atau hoaks di media sosial.
“Hoaks itu jahat. Ciri-cirinya mengatasnamakan kelompok tertentu dan isinya tidak jelas, memprovokasi. Dan terakhir menuliskan ayo viralkan. Tidak jelas pengirimannya, hapus saja,” kata Menteri Rudiantara dalam dialog di SMA Negeri Detusoko, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, NTT, Senin (25/03/2019).
Menurutnya, jika orang menerima pesan, foto atau video yang berbaur hoaks dan kemudian meneruskan itu ke orang lain, maka itu disebut fitnah.
Hal ini, jelas dia, marak terjadi terutama pada aplikasi media sosial WhatsApp.
“Kalau kita teruskan (hoaks) ke grup-grup itu namanya fitnah. Kalau kita kirim seratus orang berarti kita sudah fitnah seratus orang,” ucap Rudiantara.
“Jadi, jangan diteruskan,” sambungnya.
Dijelaskan, semua aplikasi saat ini yang digunakan tetap memotong pulsa.
Misalnya, pada aplikasi WhatsApp, pengirim dan penerima sama-sama membuang biaya. Berbeda dengan sistem sebelumnya yang hanya dibebankan kepada pengirim.
“Sekarang menggunakan data. Yang mengirim bayar dan yang menerima juga bayar. Kita yang menerima teks, foto dan video tapi harus dibayar pula. Rugilah kita. Jadi jangan diteruskan,” jelas dia.
Dia berharap agar, segala jenis berita bohong yang beredar tidak diteruskan bahkan dihapus.
“Kalau pemerintah sekarang itu melawan hoaks. Tiap hari bisa lihat disitusnya kominfo. Setiap hari kita laporkan hoax. Kominfo menetapkan dan memberikan cap ini adalah hoax karena Kominfo melakukan verifikasi validasi,” ungkap Rudiantara.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba