Borong, Vox NTT-Hingga kini kondisi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Satu Atap Ndangi, di Desa Nanga Meje, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Provinsi NTT, masih berdinding pelupuh, beratap bambu dan berlaskan tanah.
Padahal, sekolah ini sudah berdiri sejak tahun 2011 silam dan berstatus Negeri. Selain itu, sudah lima angkatan yang tamat pendidikan dari sekolah itu.
Mirisnya, setiap musim hujan ruang kelas SMPN Satu Atap Ndagi selalu digenangi air dan becek, lantaran atap yang terbuat dari bambu bocor.
Para guru dan peserta didik pun terpaksa harus berhenti untuk melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Mariano Unde, seorang pemuda asal kampung itu, mengaku hingga kini Pemda Matim belum memberikan perhatian serius untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah itu.
“Keluhan setiap siswa di sini yakni pada musim hujan, mereka sangat sengsara, mereka harus istrihat belajar mengajar karena air hujan masuk ke dalam ruangan,” ujarnya saat menghubungi VoxNtt.com, Selasa (26/3/2019).
Dikatakannya, selain kondisi gedung yang memprihatinkan, juga kurangnya fasilitas belajar bagi para peserta didik untuk menambah wawasan mereka.
“Perpus dan buku juga tidak ada pak,” ucapnya.
Mariano berharap agar pemerintah segera memperhatikan pendidikan di Matim, khususnya di SMPN Satu Atap Ndangi agar proses KBM bisa berjalan dengan baik.
“Saya kira demi terwujudnya masyarakat yang cerdas dan berintelektual ketika pemerintah dan semua elemen bekerja sama, akan tetapi yang menjadi miris Pemda Matim hanya mampu mendirikan sekolah, tetapi tidak bisa memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan lembaga pendidikan,” ujarnya.
Terpisah, Kepala SMPN Satap Ndangi, Tobias Ndiwal membenarkan hal itu.
Diakuinya, saat ini kondisi gedung sekolah masih meperihatikan.
Kata dia, gedung itu merupakan hasil sumbangan sukarela orang tua murid tahap empat tahun 2018 lalu.
“Rangka-rangkanya masih bambu dan dinding pun pelupuh,” ujarnya saat dihubungi VoxNtt.com, Rabu (27/3/2019).
Diakuinya, saat ini jumlah murid di sekolah itu sebanyak 75 orang. Selain itu, jumlah guru PNS 3 orang, Bosda 6 orang, honorer 1 orang dan Tata Usaha honorer 2 orang dan memiliki 3 ruang/rombel.
Baca Juga: Malang Rundung Pendidikan Matim
Menurutnya, selain gedung, meja, kursi, lemari/rak penyimpan buku, perpustakaan yang belum ada sebagai salah satu faktor penghambat proses KBM di sekolah itu.
Ia pun berharap agar pemerintah bisa memberikan bantuan di sekolah itu.
“Pemda Matim sebagai penentu kebijakan bisa mencurahkan perhatian berupa DAK dilengkapi sarpras pendudukungnya di SMPN Satap Ndangi,” imbuhnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba