Ruteng, Vox NTT- Gerakan Masyarakat Peduli Sampah (GMPS) terus berjuang untuk mewujudkan mimpi Ruteng menjadi kota bersih.
Kelompok gerakan sosial ini rupanya tak ingin ibu kota Kabupaten Manggarai, NTT itu terus berkubang dalam citra negatif terkait kebersihan.
Mereka berjuang agar Ruteng bisa menjadi kota nan bersih dan indah, serta bebas dari sampah.
Beberapa kali sebelumnya GMPS memotori gerakan pembersihan massal di beberapa titik di Kota Ruteng.
Itu terutama pasca Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menobatkan Ruteng sebagai salah satu kota kecil terkotor di Indonesia periode 2017/2018.
Kali ini, Jumat (29/03/2019), GMPS kembali melakukan gerakan serupa. Mereka menggandeng Kwarcab Gerakan Pramuka 2412 Manggarai untuk membersihkan Pasar Inpres Ruteng.
Tak hanya Pramuka yang diundang GMPS dalam kegiatan pembersihan massal kali ini.
Mereka juga mengundang beberapa instansi pemerintahan untuk bersama-sama membersihan pasar yang terletak di pusat Kota Ruteng itu.
Instansi-instansi tersebut seperti; Polres Manggarai, Kodim 1612 Manggarai, BKSDA Ruteng, Dinkes, dan DLHD.
Ketua panitia pelaksana dari GMPS Ruteng, Kiki Artina mengaku, gerakan pembersihan massal berulang kali di Ruteng bukan tanpa sebab.
GMPS, kata dia, termotivasi untuk melakukan gerakan pembersihan bermula ketika KLHK menobatkan Ruteng menjadi kota kecil terkotor di Indonesia.
Bagi GMPS predikat itu tak hanya sekadar kesalahan salah satu pihak. Tetapi rendahnya kesadaran bersama akan kebersihan merupakan “biang kerok” Ruteng menyabet predikat kota kecil terkotor di Indonesia.
”Rendahnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan berdampak kepada kondisi Kota Ruteng,” ujar Kiki Artina.
Sekretaris Kwarcab Gerakan Pramuka 2412 Manggarai, Feliks Edon menjelaskan, pihaknya menerima secara positif penilaian KLHK RI tersebut.
Menurut Feliks, predikat ini suatu kekuatan untuk mengubah pola pikir masyarakat di Kota Ruteng tentang kebersihan.
“Dari segi predikat itu sendiri, saya berpikir Pemerintah dan masyarakat harus punya goal,” ujarnya di sela-sela kegiatan pembersihan Pasar Ruteng.
Feliks mengusulkan gerakan di balik predikat KLHK tersebut harus menuju ke pemulihan nama baik. Kerja keras ke depan, kata dia, tidak hanya sekadar kegiatan pembersihan sampah.
Ia beralasan Ruteng sangat luas. Salah satu lokusnya ialah Pasar Inpres Ruteng.
“Itu saya pikir GMPS punya gerakan yang sangat luar biasa, saya apresiasi. Bagusnya itu membangun kesepakatan bersama,” katanya.
Menurut dia, setiap elemen harus memiliki lokus pembersihan masing-masing agar tidak bertumpuk di salah satu tempat dalam Kota Ruteng.
“Pramuka selalu siap kapan dan di mana saja. Kita mau tanamkan sebagai pendidikan pramuka itu sendiri,” kata Feliks.
Penyerahan Tong Sampah
Selain kegiatan pembersihan massal, GMPS juga menyerahkan sebanyak 4 tong sampah di Pasar Inpres Ruteng.
Tong-tong sampah tersebut merupakan hasil kreasi para anggota GMPS dari drum-drum bekas yang diberikan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Manggarai.
Sebelumnya, drum-drum bekas tersebut dirancang menjadi tempat sampah bermotif pelangi.
Penyerahan tong sampah kepada pedagang di Pasar Inpres Ruteng tersebut dilakukan oleh Wakil Bupati Manggarai, Victor Madur.
Wabup Victor mengharapkan dengan penyerahan tempat sampah ini, para pedagang di Pasar Inpres Ruteng bisa sadar akan kebersihan.
“Mungkin juga nanti ada penyerahan tong sampah di Pasar Puni,” katanya kepada wartawan.
Ia kembali mengingatkan, penyerahan tong sampah warna-warni itu dalam rangka menyadarkan masyarakat untuk senantiasa menjaga kebersihan.
Jadi ke depan kalau pemahaman masyarakat di balik penempatan tong sampah ini sudah membaik, lanjut Victor, maka diharapkan menjaga kebersihan bisa membudaya.
“Karena yang setiap hari berdagang setiap di pasar adalah para pedagang, bukan kita, kita menjaga juga dari aspek kesehatan. Supaya mereka tetap sehat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain,” tutup Victor.
Penulis: Ardy Abba